Tuesday, December 23, 2008
Perjalanan ke Pontianak
Mood juga ga bagus-bagus banget.
Tapi, alhamdullillah, Tuhan baikkk banget, He gives me ways to enjoy my journey to Pontianak.
Pertama, temanku dari bagian lain juga mengadakan perjalanan ke Ponti. Ndilalah ada juga 2 orang dari bagian lain (temen kereta juga sih) yang ke Ponti.
Kedua, pas di pesawat, ketemu ama orang BPS Kota Pontianak. Hmm, sepertinya ini cara Tuhan untuk mengirim ‘teman’ supaya aku ga bete ;). Jadinya, pas turun pesawat, aku ga perlu repot2 nyari orang BPS Provinsi Kalimantan Barat yang mau jemput aku. Karena bapak2 dari Kota tadi udah keluar duluan dan ketika aku keluar dari bandara, dia langsung melambaikan tangan ke aku dan memperkenalkan teman2 dari Provinsi (Pak Busri dan Pak Sur).
Ketiga, aku dapet hotel yang nyaman dengan view yang menyejukkan mata.
Keempat, ketika tiba makan malam, orang BPS Provinsi itu menjemputku dengan membawa beberapa teman lain dari BPS HQ yang lagi dinas di Ponti. Alamakjannnn, kalo diitung2, ada sekitar 8 orang HQ yang dinas ke Ponti. Yah, beda2 waktu datang dan pulang sih, tapi seneng aja ketemu orang2 yang udah kukenal sebelumnya.
Kelima, besok paginya, ngantor di BPS Provinsi, ketemu Kepala-nya dulu. Ngobrol2 sebentar. Kebetulan aku pernah baca paper yang beliau buat, jadi beliau merasa senang karena ada yang masih mengingat papernya hehehe... Alhasil, obrolan kami lama2 menjadi informal instead of formal.
Setelah itu, seperti biasa melakukan penyuluhan hukum sampai tiba waktu Jum’tan.
Keenam, pas para pria Jum’atan, aku diajakin salah satu staf wanita disitu untuk jalan2 seputar kantor. Jadilah kami ke Rumah Adat Betang dan Rumah Adat Melayu. Sempat terbesit untuk mengunjungi Museum Provinsi, tapi karena Pak Kepala ngajakin kami makan siang, maka dengan berat hati kami balik ke kantor.
Ketujuh, ternyata aku diajakin makan siang di resto yang terletak di area Museum Provinsi... aduh senangnya... tapinya, kok ya ternyata itu museum tutup kalo abis Jum’atan hiks... Alhasil, aku foto2 aja di sekitar lingkungan museum itu.
Kedelapan, usai urusan di kantor BPS Provinsi, Pak Busri ngajakin untuk mengunjungi Equator Monument atau Monumen Khatulistiwa, sebuah tugu di garis 0 yang membelah bagian dunia utara dan selatan. Satu langkah ke kanan dari garis itu udah di belahan bumi utara dan satu langkah ke kiri udah di belahan bumi selatan.
Tugunya sendiri (yang asli) terbuat dari kayu besi (kayu ulin kalo kata penduduk setempat) yang berada di dalam ruangan, dibuat pas jaman pendudukan Belanda. Untuk melindungi tugu kayu itu dari kerusakan, dibuat juga tugu replikanya tepat diatas atap Monumen Khatulistiwa tersebut. Jadilah ada 2 tugu dalam 1 tempat, yang satu di dalam ruangan, yang satu lagi di luar ruangan.
Kesembilan, capek jalan2 di monumen tersebut, kami pindah lokasi ke Istana Qadriyah yang merupakan kesultanan terbesar di sekitar Pontianak. Pas masuk ke lokasi istana itu, haduuuh... itu kok ya terletak di slum area gitu ya, jalannya kecil plus banyakkk banget rumah2 penduduk di sekitarnya lengkap dengan anak2 kecil yang riang berlari kesana kemari tanpa takut ketabrak mobil.
Istananya sendiri, dari tampak luar cukup menyedihkan dan terkesan tidak terawat. Lantai dan tiang2nya sih kokoh banget, secara pakai kayu ulin gitu lhoooo... tapi dinding fasade-nya ga bisa dibilang mencerminkan kalo kesultanan tersebut pernah mencapai masa kejayaan.
Isi istana adalah benda2 jadul yang dirawat seadanya. Singgasananya juga kecil aja. Biasa banget deh (duh, berasa ga tega kalo misalnya aku bandingkan dengan The Mansion-nya Victoria hehehe...).
Kesepuluh, kami diajakin menengok Masjid Raya yang berada di kompleks Istana tersebut. Walau se-kompleks, tapi cukup jauh juga sih dari Istana. Sayang kunjungannya udah malam, jadinya ga bisa melihat kemegahan bangunan itu dengan jelas.
Akhirnya, sisa waktu dalam perjalanan hari itu dihabiskan di seputaran tempat belanja oleh-oleh dan langsung balik ke hotel.
Keesokan harinya, tibalah waktu pulang!
Mampir lagi ke toko oleh2 yang semalam kami kunjungi, berharap si penjual toko mau menjual miniatur tugu katulistiwa dengan harga murah, tapi ga berhasil hiks... Well, it’s okay lah ya, ga masalah... lagian bawaanku udah berat gara2 belanja setup lidah buaya (asli seger dan enak lho... kirain lidah buaya cuman buat memperindah rambut, ternyata bisa dimakan/diminum juga).
Thanks God for this joyful opportunity on this journey ;).
Perjalanan ke Padang
Dari awal, aku malas pergi perjalanan dinas ke Padang. It doesnt the journey I want to do, it doesnt a city I want to visit either. Tapi ‘jatah’ tetap ‘jatah’, dan aku heran kenapa aku ga diperkenankan untuk mengganti daerah tujuan perjalanan dinasku itu. Bukan sebuah intimidasi sih, tapi keadaan tanpa pilihan dan keharusan untuk melakukan sesuatu membuatku ga mood sama sekali untuk menjalani perjalanan itu. Keharusan untuk pergi ke sini, dengan si itu, dan untuk melakukan ini. Semuanya serba harus, coba apa enaknya kalo gitu... Plus lagi, ’jatah’ itu seharusnya bisa fleksibel karena merupakan kegiatan bagianku, tapi karena pengelolanya –entah lagi kenapa, lagi sensi or lagi kepingin jadi diktator- kok ga mau kooperatif, jadilah aku ’korban’ perjalanan terpaksa... Bukannya aku ga bersyukur, tapi aduuuh... please deh, seharusnya kalo aku dikasih pilihan, maka pasti ceritanya lain.
Walau kekesalanku ini cukup membingungkan suamiku tercinta, karena “lho, kan harusnya seneng bisa ketemu sodara2 mamamu di Padang?”, tapi aku berdalih “lah kan aku mau dinas, bukannya mau visit keluarga…”
Yah, akhirnya walau dengan rasa kesal, aku menjalani perjalanan ini.
Berangkat dengan pesawat Garuda sore hari, sampe di Padang udah Maghrib. Makan sate padang, trus langsung ke hotel, but not a good one. Pagi2 dijemput untuk ’kerja’ di kantor BPS Provinsi Sumatera Barat, melakukan penyuluhan hukum seperti biasa.
Break shalat jumat, trus makan siang soto padang di Hotel Muara (karena yang soto garuda tutup hari jumat) dan sempat mampir ke toko oleh2 khas Padang (sanjai, rendang suwir, etc). Sore dianterin pulang ke hotel.
Malem, dijemput ama Om Edi dan makan malam di Semalam Suntuk, menu tambusu tetap jadi favorit. Usai makan, pergi ke rumah Om Edi dan Andung Elok, family visit, mana rumah mereka lagi kena jatah lampu mati pula... bete banget deh.
Esok paginya, jam 6 udah standby untuk ke bandara, dan alhamdullilah itu Garuda berangkat ontime. Lewat tengah hari, I arrived at home-sweet-home lagi ;).
Yah, begitulah, kalo emang dasarnya hati lagi ga senang, perjalanan yang seharusnya menyenangkan itu berasa hambar...
Monday, November 17, 2008
Mendadak Baksos
Pagi2, Sabtu 1 November 2008, aku udah berangkat ke meeting point di Pizza Hut Pesona. Ada Windi, Mba Lita, dan Mba Ita yang kemudian meluncur ke rumah Mba Nia.
Semua kegiatan berawal di rumah Mba Nia di kawasan Pasar Rebo dan langsung dikomandoi oleh Mba Nia. Saweran dari para ibu2 depok telah dibelanjakan sejumlah barang yang berjumlah 20 paket. Isi sembakonya kira2 gini deh (agak2 lupa nih): beras 20kg, minyak goreng 2lt, mi goreng 10bungkus, gula 1kg, bihun, biskuit, telur 10biji. Hmm, apa lagi ya… aku lupa deh. Yang jelas, disamping sembako tersebut, masih juga diselipkan sebuah amplop berisi nominal tertentu.
Ada sekitar 7 anak yatim yang memperoleh sumbangan paket sembako… yah, walaupun mereka belum bisa memasak, tapi at least kan sembako itu bisa dipakai oleh ayah/ibunya untuk bekal memasak selama 2 minggu.
Yang berasa paling menyentuh hati ketika kami bertemu dengan nenek2 renta tapi masih bersemangat melanjutkan hidup di tengah berbagai keterbatasannya.
di rumahnya yang mungil dan hanya beralaskan plur-an semen, sumur di depan rumah yang penuh dengan cucian baju dan piring, dan jemuran yang
bergantungan... wah, ga tega deh ngeliat isi rumahnya. Kami hanya berdiri tertegun di depan rumah si nenek sembari memberikan
paket sembako dan amplop. Si nenek itu terlihat begitu terharu menerima pemberian kami, dan tak henti2 mengucap terima kasih dan mendoakan kami semua selalu panjang umur, supaya 'bisa kembali lagi nengok nenek dan ngasih bantuan ke nenek'... Duh, sedih deh kalo liat kondisinya...
Well, semoga kegiatan bakti sosial ini bisa terus bisa dilaksanakan ya di masa2 yang akan datang... Itung2 sebagai MSR alias Milist Social Responsibility gituh ;).
“Bagaimana ya logika berfikirnya?”
Cerita ini berkaitan dengan tema loka karya tentang perlunya berubah dan mereform organisasi untuk meningkatkan kualitas. Menurut beliau, bukan hanya sekedar produknya yang ditingkatkan kualitasnya, tapi juga SDMnya, termasuk perubahan perilaku dan tindakan.
Beliau mengambil contoh pemandangan yang baru saja dilihat dan dialaminya menjelang acara penutupan lokakarya.
Lokasi di lobi gedung, dengan 4 lift yang semua terbuka dan stand-by, kemudian ada 4 karyawan yang masuk ke tiap2 lift. 1 orang = 1 lift. Alhasil semua lift naik ke atas, dan terpaksalah beliau menunggu seluruh lift itu mengantar orang2 tersebut ke lantai tujuannya.
Pimpinanku berkomentar bahwa, ”Karyawan2 tersebut kok sepertinya tidak punya sense of crisis ya. Kenapa tidak ber-4 aja masuk dalam 1 lift. Kalau tiap2 lift diisi hanya 1 orang kan berarti pemborosan listrik, dan menghambat karyawan lain yang mau memakai lift. Bagaimana sih logika berfikirnya?”
Di sebuah sisi, apa yang dikatakan pimpinanku bisa dibenarkan. 100% right! Bahwa efisiensi itu benar2 harus dilaksanakan, bukan hanya diucapkan dalam percakapan.
Tapi, ada sisi lain dari cerita tersebut.
2 dari 6 gedung yang ada di kompleks perkantoranku, sedang direnovasi. Mungkin lebih dari separuh penghuni 2 gedung itu direlokasi ke gedung yang aku tempati sekarang, termasuk gedung tempat loka karya.
Jumlah penghuni meningkat, kenyamanan kerja terganggu karena kami harus berbagi ruangan, traffic lift semakin terasa, krisis antri di toilet dan krisis penggunaan tenaga office boy juga terasa.
Sementara, ada sebuah gedung yang bagus dan nyaman; sebuah gedung 3 lantai yang penghuni utamanya mungkin hanya sekitar 40 orang, plus satpam, recepsionist, dan office boy. Gedung khusus untuk pimpinan.
Bandingkan dengan gedung yang sekarang aku tempati. 1 lantai bisa ditempati oleh lebih dari 50 orang, plus berbagai ketidaknyamanan yang ada.
Hmm, lalu, seperti judul tulisan ini, ”bagaimana ya logika berfikirnya?”
Maksudku, kalau pimpinan menyalahkan karyawan yang naik lift sendiri-sendiri dan seolah2 tidak punya sense of crisis, bagaimana beliau menjustifikasi ruang kantornya yang lapang dan nyaman sementara beliau tau diluar sana ada karyawannya yang tidak tenang bekerja karena sempitnya ruangan kantor...
AusAID Students Alumni Conference
Kesempatan ketemu dan reunian bareng temen2 sesama mantan penerima beasiswa dari Australia. Perasaannya senang sekali *halah*, secara biasanya kalo kumpul itu rasanya harap2 cemas akan segala sesuatu yang akan dijelaskan oleh pihak pemberi beasiswa, takut ga bisa berangkat karena visa ditolak, takut ntar ga bisa ngikutin pelajaran dan ga lulus. Banyak deh ketakutan yang muncul kalo ikutan pertemuan dengan pemberi beasiswa.
Tapi kali ini, acaranya adalah alumni conference dan certificate presentation buat para alumni yang baru balik dari studi.
Jadi, ga ada debar2 ketakutan di jantung. Yang ada hanyalah kegembiraan, keceriaan, kebanggaan, dan rasa syukur karena telah bisa menikmati beasiswa dengan baik dan memperoleh hasil yang menyenangkan.
Dari kelas 6m2, yang datang cuma 4 orang, yaitu aku, fika, riyo, dan elfan. Semoga kami bisa berkumpul lagi ber-12 di lain waktu.
Halal bi Halal DI-Depok
Ajakan tersebut begitu menggoda, sampai ga bisa ditolak hehehe...
Alhasil, Jum’at 17 Oktober 2008, berkumpullah ibu2 yang tergabung di milis dunia-ibu-depok sembari halal bi halal, sekalian itung2 me time gitu deh.
Acara diselenggarakan di Cafe Oh La La, Margo City, after office hours.
Aku dan mba Lilik udah janjian ketemuan di kereta Depok Express. Kami yang datang pertama, disusul mba Era, Windi, Wiken, Lita, Levi plus 2 anaknya, Lytha, Ani dan si ragilnya, Nia, Ita, Ida, dan Rini yang terakhir datang. Ibu2 kok jadi pada cantik2 ya setelah lebih dari 2 tahun ga ketemu... pada banyak yang udah langsing! Wah, jadi semangat pengen menurunkan berat badan juga nih...
Dari ngobrol ngalor ngidul gitu, tercetus ide untuk mengadakan kegiatan bakti sosial.
Mba Nia yang mamanya aktif di dunia sosial sudah punya channel orang2 yang ’kurang beruntung’, yang bisa dijadikan sasaran bakti sosial.
Setelah dirembug (saat itu juga), diputuskan kalo baksos akan diselenggarakan Sabtu, 1 November, dibantu mba Nia tentunya... yah secara kita kan sama2 ibu2 sibuk yang ga sempat survey sana sini, jadi ya pasrah aja dengan data2 orang yang dimiliki mba Nia.
Selebihnya, acara HbH sangat seru. Yang jelas, acaranya ngobrol, ngobrol, dan ngobrol sembari makan dan minum. No jualan tentunya hehehe...
Dasar ya kitanya hobi ngobrol, atau karena masih kangen, atau banyak yang perlu dibicarakan, ga berasa tau2 udah jam 9 malam...
Masing2 ibu juga udah mulai ditelfonin satu per satu ama anak2nya. Termasuk Dhevi yang nelfon aku dan bilang, ”mommy, where are you, when will you home, why are you going home so late….” halah… ya udah deh… time to go home…
Friday, October 24, 2008
Mendadak Mudik
Persiapan lebaran di Depok juga udah oke, maksudnya mobil udah di tune-up, kue kering udah ada, baju muslim buat anak2 juga udah ada. Secara lahir dan bathin, kami siap berlebaran di Depok. Seneng malah, karena kalo lebaran di Depok artinya kami bisa leyeh2 sesuka hati sepanjang libur (atau cuti bersama yang dipaksakan selama seminggu).
Menjelang H-2 libur bersama dan kerjaan kantor udah mulai longgar karena banyak orang yang pada mencuri start untuk mudik, aku iseng2 nyari tiket pesawat buat persiapan pulang akhir tahun. Ndilalahnya, pas nge-klik cari pesawat tanggal 29 September (H-2 lebaran), kok ya dapet tiket pesawat Garuda – Citilink yang reasonable price rute Jakarta – Surabaya - Jakarta. Tanya Mufti, katanya oke2 aja kalo mudik ke Malang pake pesawat.
Setelah melakukan booking online, bayar2 pake kartu kredit hasil minjem temen, nge-print konfirmasi schedule, malemnya aku telfon ke mama-papa untuk kasih tau rencana mendadak mudik.
Lumayanlah, berangkat senin siang dan balik jumat sore. Ga perlu repot2 cuti, dan yang terpenting... ga perlu repot2 kena macet akibat arus mudik.
Pagi2, sebelum ke airport, jemput kakaknya Mufti dulu, secara mau minta tolong dianterin ke airport plus sekalian nitip mobil.
Di airport nunggu 2 jam-an, on time kok departure time-nya.
Sampai di Surabaya, telfon travel langganan, dan langsung bablas ke Malang.
Ga macet, lewat Porong juga baik2 aja, ga terjadi kemacetan akibat lumpur lapindo.
Sesampainya di Malang, haduhhh... panas bo, walaupun ga sepanas Depok tentunya. Tapi tetep aja berasa bahwa Malang sekarang ga se-fresh –at least- 9 tahun yang lalu.
Acara di rumah, standard aja... ngobrol ngalor ngidul ama ortu.
Wisata kuliner terpaksa harus dibatalkan, karena tempat makan tujuan lagi tutup atau si warung malah lagi penuh-se-penuh-penuh-nya. Tempat jualan oleh2 langganan juga tutup, alhasil beli kripik tempe merek yang ga biasanya, rasanya berasa obat pengawet. Tapi it’s okay lah, secara mamaku kan masak segala makanan yang aku suka hehehe... walah, kayaknya resolusi menurunkan berat badan bisa batal deh...
Tapi yang menyenangkan adalahhhh... lagi musim buah mangga. Jadilah kami mengadakan mango party setiap malam. Dari mangga gadung, mangga manalagi, mangga harum manis, semuanya manis dan lezat, plus buahnya besar2. Yang jelas, kami merasakan nikmatnya makan buah berkualitas dengan harga yang memadai (dibandingkan harga mangga di Depok yang sekilonya bisa 2x lipat).
Sore2 H-1, diisi dengan buka puasa bersama ortu dilanjutkan dengan ngirim sms ke semua teman yang ada di phone book.
Malem setelah buka puasa dan beres2 rumah, sempat nongkrong di warung bakso di depan rumah. Temen mainku dari kecil, ternyata udah 2 tahun terakhir ini menekuni bisnis kuliner. Kemarin2 jualan gudeg, sekarang nambah menu jadi ada bakso.
Makan2 sekalian curhat2an, maklum, lama ga ketemu, tau2 dia punya anak udah 5. Haiyaa... 5 orang gitu bow... hari gini di kota besar punya anak 5 kan refffot... eh, tapi tergantung orangnya juga sih ya, secara temen kantorku malah ada yang punya anak 6 orang.
Lebaran, shalat Ied di lapangan deket rumah. Ketemu tetangga, temen2 masa kecil berikut anak2 mereka. Wah, emang time is flying ya kalo melihat betapa cepat kehidupan berubah.
Buatku, malah berasa lebih sepi, karena ga ada kakakku yang nomer 1 (secara dia mudik ke rumah mertuanya di Banjar), juga karena kakak kedua-ku yang telah tiada. Kebayang deh, kalo aku ga mudik, wah, itu rumah berasa sepi banget ya pas lebaran.
Saudara2 yang datang juga masih standard seperti yang dulu.
Tradisi sajian rendang padang juga selalu tersedia.
Kunjungan balasan ke beberapa rumah saudara. Sempat jalan2 juga ke Mal Olympic Garden, mal terbaru di Malang yang didirikan di atas bekas lapangan tenis deh kalo ga salah. Letaknya di sebelah Stadion Gajayana yang warna cat-nya alamakjannn heeejooo koneng merah, norak abis deh pokoknya.
Pagi2 sempat nyekar ke pusara kakak. Ketemu lagi ama saudara2 yang juga nyekar. Pemakaman umum sih, tapi secara cukup banyak leluhur yang telah berpulang dimakamkan di situ, maka jadilah ada sebuah kompleks kecil pusara khusus keluarga Sarengat.
Setelah itu siap2 pulang deh.
Pesan travel jam 1 siang, jam 1230 udah dijemput. Alasannya ’takutnya macet’ di jalan. Halahhhh... secara aku tuh udah familiar ama jalur Malang-Surabaya dan yakin banget kalopun macet itu masih bisa jalan 70km/jam, agak2 surprise dengan alasan itu.
Ternyata benar dugaanku.... Yang dianggap ’macet’ ama si sopir itu adalah perjalanan yang biasa2 aja kalo dibandingkan perjalanan sepanjang Jalan Margonda, Depok.
Kalo yang lengang gitu dibilang macet, gimana si sopir itu nyetir mobil di Jakarta ya... udah nyerah duluan kaleee... Dalam jangka waktu 2 jam, aku udah sampe di airport Juanda, Surabaya. Normal kan untuk jarak tempuh 90km = 2jam, ga macet2 banget gitu maksudku, dibandingkan Depok – Jakarta yang 30km = 2jam hehehe...
Setelah lama menunggu selama 3 jam, perjalanan dilanjutkan dengan penerbangan tanpa delay (cuman telat dikit sih hehehe). Sampe Jakarta masih belum jam 8 malam. Langsung pakai taxi ke rumah kakaknya Mufti di Bintaro, ngobrol2 sebentar, trus pulang deh ke Depok.
Overall, menurutku, ini adalah mudik lebaran yang paling menyenangkan... secara ga kena macet di perjalanan, tarif pesawat yang reasonable, dan tentu saja, anak2 yang tidak rewel selama perjalanan. Alhamdullillah, semuanya lancar.
Mungkin ini ya hikmah jadi orang sabar dan pasrah hehehe... seandainya aku dulu maksa mau naik kereta Gajayana dan beli tiket melalui calo, wah... pasti nyesel deh (secara mahalll dan menempuh waktu yang bisa 18 jam sekali jalan).
Terakhir, aku tetep berharap tahun depan bisa mudik lebaran pake pesawat lagi, dengan reasonable price tentunya!
Thursday, September 25, 2008
ramadhan 1429H
pertama, dhevi dan deana mulai ikutan sahur dan puasa. ga tiap hari sih, cuman kalo weekend aja. dari yang mereka ikutan sahur itu, dhevi baru bisa 1 hari aja full, sementara deana seringkali buka puasa jam 12 siang. ga apa2 lah, itung2 belajar...
kedua, jam kantor jadi agak longgar. tetep sih absen masuk jam 730, tapi boleh pulang jam 15. pada kenyataannya (sehubungan boss yang tidak pernah marah2 sepanjang bulan ramadhan), seringkali aku malah dateng lebih lambat ke kantor. tapi ya ampun... load kerjaannya kok banyakk banget ya. 3 kerjaan pokok yang sangat menyita waktuku adalah masalah remunerasi pns, kasus gugatan kriteria kemiskinan, dan tim peningkatan kapasitas statistik. sampe2 ga sempet mau jalan2. yang biasanya seminggu sekali berkunjung ke pasar baru, sekarang udah masuk hari ke-25 puasa juga ga sempat ke pasar baru. kayaknya ini rekor terlama ga ke pasar baru.
ketiga, anak2 juga sekolahnya asal2an. jam 8 masuk, jam 11 udah pulang. dipikir2, rugi deh bayar uang sekolahnya, secara udah mahal tapi waktu belajarnya dikit banget...
tapi kayaknya banyak sekolah yang berbasis islam mengurangi waktu belajar mengajar.
kalo ada peneliti yang bilang bahwa 'berpuasa tidak akan mempengaruhi aktivitas', maka kenapa itu peneliti ga presentasi hasil penelitiannya ke sekolah2 islam seperti sekolah anakku ya? biar ga usah terjadi pengurangan waktu dan kualitas belajar.
deana mulai ikutan les kumon, ajaibnya, dhevi langsung semangat ngerjain kumon. yang biasanya pake diomelin dan waktunya lama, begitu deana ikutan kumon, terjadi perubahan sikap belajar dari dhevi. dhevi jadi bisa konsentrasi dan ngerjainnya lebih cepat dari biasanya. yah, secara mereka ga puasa, jadi ya baik2 aja sih... tidak mempengaruhi aktivitas berfikir.
keempat, aku memutuskan untuk tidak mudik ke malang.
mau pakai kereta, ga dapet tiket di gambir. konon kabarnya loket buka jam 7 pagi dan melayani pemesanan tiket untuk H-30. ternyata ketika aku datangi, jam 8 pagi itu seluruh tiket udah sold out. padahal harganya juga dinaikin hampir 100%.
well, secara semua rakyat indonesia kaya raya dan gemah ripah loh jinawi, pada dibeli deh itu tiket walau harganya 2x lipat dari harga normal (bahkan 4x lipat kalo lewat calo).
jadinya, merayakan lebaran di depok saja.
hmm, apa lagi ya...
kayaknya itu dulu deh yang teringat.
yang jelas, harapannya untuk ramadhan ini bisa menjadikanku menjadi orang yang lebih baik aja kalieeee... kriteria 'lebih baik' itu kan absurd dan subjektif, jadi moga2 orang lain bisa menganggap kalo aku jadi orang yang lebih baik dibandingkan saat pertama mereka mengenalku.
Napak Tilas dari Stasiun Jakarta Kota ke Tanjung Priuk
5am
Bangun pagi2, rebus air buat mandi, shalat, trus leyeh2 sembari nunggu rebusan air panas.
530
Mandi dan siap2 menuju stasiun. Deana ikutan bangun, jadilah ngurusin Deana dulu, kemudian Deana ikut ngantar aku ke stasiun.
615
Sampai di tempat penitipan motor, jalan ke stasiun, beli tiket KRL ekonomi, nunggu bentar di peron. Ga lama kereta datang.
Kereta penuh dengan ibu2 dan bapak2 yang berpakaian putih2. Oalah, mereka niat mau ikutan dzikir di masjid Istiqlal. Yah, alamat berdiri sampe di Stasiun Juanda deh... Tapi engga ding, setelah Pasar Minggu aku dapat duduk kok.
730
Kereta sampai di Stasiun Kota. Foto2 landscape Stasiun Kota. Menuju ke Ruang Humas PT KA Jabodetabek.
Ketemu Erwin (after soooo long), Aims, Imat, dan banyak lagi wajah2 baru dari milis KRL-Mania yang baru kukenal saat daftar ulang sebagai peserta Napak Tilas.
750
Baris sesuai group. Briefing dari Pak Dirjen (lupa deh Dirjen apaan).
Dijelaskan bahwa tujuan Napak Tilas adalah untuk melihat kondisi nyata rel kereta (dan kehidupan di sekitar rel, tentunya) antara Stasiun Jakarta Kota dan Tanjung Priuk dan memberikan sosialisasi pada masyarakat yang tinggal di sepanjang rel bahwa lintasan tersebut masih diperlukan (yang kasih sosialisasi tentu saja dari PT KAI, kita sih penggembira aja).
Rencananya, jalur Kota – Tanjung Priuk akan dibuka kembali di tahun 2009, sehingga perlu mensosialisasikan dan menertibkan penduduk yang berada dan tinggal di pinggir rel tersebut.
805
Napak Tilas dimulai.
Rute yang ditempuh: Kota – Kampung Bandan – Ancol – Tanjung Priuk.
Cuma ada 2 pos: Pos Stasiun Wisata Ancol dan Pos Stasiun Tanjung Priuk.
’Hanya’ 4 stasiun yang dilewati dengan jarak tempuh 8.1km.
Udara panas.
Jalanan rel yang dilewati sangat padat dengan penduduk dengan suasana yang kumuh dan bau tidak menyenangkan. Tapi herannya mereka yang duduk2 di depan rumah mereka yang benar2 dipinggir rel itu, happy2 aja tuh, malah banyakkk banget anak2 yang pada lari2 kesana kemari dengan jeritan kegembiraan khas dunia anak2.
930
Sampai di Pos Stasiun Wisata Ancol. Rehat sebentar, dengan ditemani risol yang rasanya asin. Aims menawarkan untuk melanjutkan perjalanan dengan menumpang Kopaja/Metro Mini yang langsung ditolak oleh segenap warga milis KRL-Mania.
940
Melanjutkan perjalanan ke Pos Stasiun Tanjung Priuk.
Sepanjang jalan, disuguhi pemandangan yang tidak jauh berbeda dengan perjalanan dari Stasiun Kota – Ancol, tambahannya adalah banyaknya kambing yang hidup di sepanjang lintasan rel kereta. Sepertinya kambing2 itu dipelihara oleh penduduk yang memang tinggal di pinggir rel. Hmm, live even harder if you must share your house with goats. Kambing2 itu, tentu saja, kesulitan mencari rumput segar. Sebagai gantinya, mereka mengais makanan di tempat2 penimbunan sampah yang tidak sulit dijumpai sepanjang jalan.
1000
Berhenti sebentar, sembari melihat penggusuran yang dilakukan oleh aparat PT KAI kepada penduduk yang menghuni lahan di pinggir rel. Antara kasihan dan hasrat untuk menegakkan hukum bagi kepentingan masyarakat. Semoga penduduk2 liar itu juga bisa memahami keinginan PT KAI untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik.
1010
Jalan lagi. Sepertiga nafas...
Melintasi jembatan yang rusak, bukannya takut akan jatuh ke air, tapi merasa jijik aja kalau memang ternyata harus kecemplung ke air yang hitam, kotor, dan bau.
1050
Sampai di Pos ’bayangan’, dimana ada seorang petugas PT KAI yang membagi2kan kupon door prize.
1105
Yippieee... Akhirnya sampai juga di Stasiun Tanjung Priuk. Genap sudah perjalanan kakiku sepanjang 8.1km ini yang menempuh waktu kurang lebih 3 jam.
Gambaran umum stasiun: arsitektur yang oldies, peninggalan Belanda, 6 jalur. Layak-lah jadi stasiun yang aktif.
1115
Makan siang dengan nasi kotak. Menu masakan Padang. Semua makanan terasa nikmat dimakan kalau perut lagi lapar. Setiyo dari milis KRL-Mania mengisi kekosongan waktu dengan membaca puisi.
1120
Ada kereta masuk. Kereta tersebut disediakan untuk mengangkut para peserta Napak Tilas kembali ke Stasiun Kota. Thanks Goddd, jadi kita ga perlu balik dengan berjalan kaki.
1130
Pemutaran film dokumenter tentang Stasiun Tanjung Priuk. Siapa sangka kalau stasiun ini dulu adalah stasiun transit para bule londo yang mau pulang mudik pakai kapal api.
Sekarang, kondisinya menyedihkan, karena memang tidak terawat dan tidak dipakai secara optimal.
1145
Bagi2 door prize. Hadiahnya tiket abonemen KRL AC Ekonomi untuk bulan September (10 buah), tiket Argo Gede (2 buah), dan tiket Argo Bromo (1 buah). Seperti biasa, karena bukan garis tanganku sebagai pemenang gratisan, aku ga dapet door prize.
1200
Penutupan.
Menumpang kereta untuk balik ke Stasiun Kota.
Rute yang ditempuh: Tanjung Priuk – Rajawali – Kemayoran – Senen (berhenti 20 menit) – Kemayoran (lagi) – trus bablas ke Kota.
1300
Mengakhiri perjalanan di Stasiun Kota.
In general, I’m happy to do Napak Tilas, but if somebody asks me to join in again, maybe I better to say no… hehehe...
Dengan menumpang mobil Teguh, aku melanjutkan perjalanan ke Bintaro, ke rumah mertua, dimana Mufti, Dhevi dan Deana beserta seluruh saudara2nya Mufti lagi kumpul2 menjelang puasa. Ngobrol2
Hmm, what a long day! Thanks God, because He gives me strength and health that makes my activity runs well.
Tuesday, August 19, 2008
pilek melulu...
saat itu aku selalu bersin, kadang disertai sakit kepala dan lendir di hidung, kadang2 kering.
kadang cuma sampai jam 7 pagi, kadang sampai siang, kadang juga sehari-semalam.
dulu, pakai aromaterapi. mantep lah. frekuensi bersin berkurang.
kupikir faktor udara buruk yang masuk ke sistem pernafasanku mempengaruhi daya tahan tubuh, and yes, it is true!
tapi kok ya jadi berasa ketergantungan ama aromaterapi ini ya.
sewaktu aku ga pakai lagi, maka bersin2 itu kembali menyerang hidungku. duh, ga enak banget deh rasanya.
ke dokter tht yang notebene sodaranya temanku, kata beliau aku baik2 aja, cuman perlu banyak istirahat dan makan2an sehat. kupikir2 mungkin saat itu aku kecapean karena keseringan berdiri di kereta hehehe... jadi, emang capek ;).
dikasih obat penambah daya tahan tubuh, dan cuman bertahan beberapa bulan.
trus... bersin2 lagi!
ketika kursus di ialf, dan menjelang ujian ielts, aku ga mau gagal ujian gara2 sakit bersin.
huntinglah aku dokter alternatif.
dapet! dr. joni di pondok cabe, yang direkomendasikan oleh kakak iparku, konon kabarnya spesialis tht yang juga mendalami ilmu herbal.
datanglah aku ke situ, dan menurut beliau, aku baik2 aja... idem seperti dokter tht terdahulu... aku capek dan perlu istirahat. well, iya sih, capek mikir kalo sekarang, kataku dalam hati.
oleh dr. joni, aku dikasih obat2 ramuan herbal yang harus direbus sampai mendidih dan diminum sehari 3x, selama 1 bulan penuh. rasanya alamakjannn, pait banget.
tapi it works... at least selama 8 bulan... dari februari sampai september 2006, aku bebas dari bersin. padahal juni 2006 kan aku mengalami cuaca buruk alias dingin banget antara 4-14 derajat celcius di melbourne, tapi amazingly, aku ga bersin2!
tapi, sejak oktober 2006 sampe agustus 2008, aku kena bersin2 lagi.
ke dokter kampus (dokter umum sih) katanya aku baik2 aja kok. alergi rinitis. baru kali ini ada dokter yang mengatakan aku kena alergi. katanya sih daya tahan tubuhku emang kurang oke, jadi kalo kena perubahan cuaca, tubuhku mudah sakit. oh iya sih, masuk akal... melbourne bulan oktober mulai spring dan udaranya ga jelas... kadang panas kadang dingin berangin... suka2 cuacanya deh, jadinya badanku yang kena imbasnya.
dikasih obat semprot hidung aja, hope it works katanya hehehe...
eh, ternyata engga tuh... yang ada hidung malah tambah gatel kalo aku semprotkan obat itu.
berulang kali ke dokter kampus, 3 kali deh.
yang ke-2, dia masih kasih obat semprot, yang dosisnya lebih tinggi dari yang pertama.
ga ngaruh juga.
yang ke-3, akhirnya dikasih pil. it works... at least, aku ga bersin2, dan tugasku yang due ketika aku mengkonsumsi obat itu, dapet H1! hehehe... tau gitu dari dulu2 ya pake obat2an.
tapinya, kok ya lama2 aku bosen konsultasi dan tergantung ama obat.
dina, another soulmate, menyarankan supaya aku minta foto rontgen ke dokter tht. tapi ga sempat, secara aku sibukkk banget menjelang2 mau pulang ke indo.
setelah pulang ke indo, bukannya tambah oke, tapi teteup bersin2.
idem seperti dulu... kadang cuman sebentar, kadang sampai seharian.
karena ga konstan gitu, makanya aku males mau konsul ke dokter. sempat pas ada serangan bersin dan sakit kepala, berniat mau ke dr. joni, kok ya ternyata dr. joni-nya sakit juga. batal deh. sampe bersinnya hilang sendiri, kambuh, hilang lagi... gitu terus deh.
temen kantor merekomendasikan dokter tht lain. ya udah lah, secara udah bosen bersin2 dan bawa tisu kemana2, akhirnya aku turutin juga visit ke dokter tht itu.
awalnya aku ga tau kalo yang dirujuk ama temanku itu rs tht prof. nizar, juga dokter yang oke siapa, aku juga ga tau.
pas booking, aku cuman bilang, 'pokoknya saya mau dokter yang paling laris aja deh', dan sampailah aku ke ruang kontrol dr. nuty minggu lalu.
sekaligus konsul kuping yang mendengung, trus dr. nuty memeriksa lubang hidung, lubang kuping, dan tenggorokan.
kesan2nya:
1. kuping oke
2. hidung alergi
3. tulang hidung agak bengkok ke kanan
4. amandel membesar
ga ada tanda2 kena sakit sinus, tapi untuk meyakinkanku, aku disuruh foto rontgen hidung.
dan finally, setelah foto itu, baru ketahuan kalo memang tidak ada penyakit apa2 di hidungku.
bersin2 itu lebih karena daya tahan yang buruk, seperti gizi kurang seimbang dan ga pernah olahraga.
obatnya, totally the same brand ama yang dikasih ama dokter umum yang di melbourne teak, yaitu clarinase! dalam hati aku pikir, apa dokter2 di luar negri itu diajarin mengobati dengan obat para spesialis di indonesia ya? hmm, ya sudah lah, yang penting kan udah ketahuan bahwa sebenarnya aku baik2 aja. malah, harusnya bersyukur, kalo udah mulai merasa capek, maka tubuhku akan langsung berkata capek melalui bersin.
jadi sekarang, tiap kali aku bersin, maka itu tandanya aku lagi capek dan kurang olahraga!, bukan karena aku penyakitan hehehe...
liburan ke ancol
mufti ada acara rapat pembahasan apaaa gitu di mercure ancol, rapat 2 hari, penutupannya pas hari sabtu siang, 9 agustus 2008.
nah, sabtu siang itu aku dan 2D berangkat dari depok, mau memanfaatkan ruang hotel yang udah ga terpakai tapi udah terlanjur dibayar (alias ga bisa refund gitu).
perjalanan nyetir pertamaku yang jauh nih, secara biasanya paling nyetir dari rumah ke pasar depok doang hehehe...
berangkat jam 14, lewat margonda yang macettt (huihhh, masa melewati ujung margonda ke ujung yang lain mencapai 50 menit! apa aku yang ga pinter nyetirnya ya, ga mau slonong kiri slonong kanan). dan, sampailah kita di ancol jam 1615.
sesampai di kamar, beres2 sebentar, trus anak2 langsung ngajakin main air alias berenang di kolam renang hotel, sampai maghrib menjelang.
seusai maghrib, mandi, trus kita pergi mencari makan malam.
menyusuri jalanan ancol, kok penuh ya, mau parkir susaaaah banget. menyusuri jalan gunung sahari juga sama aja, macet.
akhirnya, diputuskan makan di ayam presto ny. nita yang di dekat kantor bps (halahhh, standard banget deh). tapi ya gimana lagi, abis ga tau rekomendasi makanan yang enak di sekitar jakarta utara gitu... takutnya dapet ikan yang ga segar dan ber-mercuri, kan jadi berabe, jadi mending ke tempat makan yang kita udah tau kualitasnya (secara bawa anak2 gitu lho...).
pulang balik ke hotel, udah jam 10 malem.
nginet sebentar, trus tidur jam 11, bangun lagi jam 5. ga tau nih, kok kupingku bunyi mendengung kalo subuh, jadi ga nyenyak gitu deh tidurnya.
anak2 bangun jam 630, gosok gigi, siap2 sarapan.
suasana sarapan di hotel... hmmm... aku deskripsikan sebagai suasana yang tidak ada tanda2 krisis. makanan berlimpah, bahkan beberapa orang sengaja tidak menghabiskan makanan yang ada di piringnya (tapi masih ngambil piring isi makanan yang lain). pokoknya hebat banget deh semangat makannya orang indonesia!
abis sarapan, kami jalan2 menyusuri pantai yang pasirnya hitam ;).
naik perahu layar juga ke tengah laut, muterin gitu aja kok... paling cuman 10 menit hehehe... (lah, yang penting kan udah berasa berlayar ke tengah laut).
seusai berlayar, swimming time (again!).
duh, anak2 tuh kok ya senang banget ya mainan air...
selesai main air jam 10, kita langsung siap2 mau check out dari hotel.
rencana sih, mau lanjut jalan2 ke jakarta old city, tapi apa daya, begitu sampe di mobil jam 1230, deana kok ya langsung tidur di jok belakang.
lah, terus mana acara liburannya ya?
hehehe... ini sih bukan acara liburan ya berarti, tapinya acara pindah tidur aja!
jadi ya... langsung pulang aja deh ke depok. lain kali deh jalan2 keliling museum di jakarta old city ;).
masjid kubah emas
dari rumah kami ga terlalu jauh sih, paling 20 menit juga sampai kok.
pas masuk kompleks masjid, haduuuuh... berasa di padang pasir kalie, alias garing dan panas.
masjid-nya ada di tengah2 halaman yang luassss banget itu, yang konon kabarnya 60hektar!
(harusnya pake foto nih, tapi ntar deh ya kalo file-nya udah dipindah ke cd. lagi parno pake usb, kena virus melulu).
masjidnya gede lah, bagus (masih relatif baru sih ya, paling belum sampai 3 tahun).
tempat masuk jamaah cewek dan cowok dipisah, alhasil ga seru deh foto2annya hehehe...
anak2 boleh masuk ke halaman masjid, tapi petugas melarang anak2 ikutan masuk ke dalam ruangan masjid dengan keyakinan karena anak2 itu ga bakal shalat dan bakalan bikin ribut aja. hmm, gimana mau cinta islam ya kalo masuk ruangan shalat aja ga boleh... bukankah anak2 itu akan lebih tergugah hati sanubarinya kalo dibiasakan masuk ruang shalat sedari kecil.
ya sudah, berbekal rasa kecewa karena ga boleh masuk (lah iyalah, ngapain masuk ruang shalat kalo anak2 ga boleh dibawa masuk!), alhasil, kita jalan2 di sekeliling masjid yang lantainya panas hehehe... yah, secara ga boleh pake alas kaki gitu lho, jadi nginjek lantai berasa panas.
haduh, kok kayaknya ceritaku ga ada yang asyik ya dari kunjungan ke masjid kubah emas ini?
apa aku yang kurang menghayati indahnya arsitektur masjid?
tapi yang jelas sih, yang bikin bad mood banget2 adalah ya itu tadi, anak2 ga boleh masuk ke ruang shalat dan lantai yang panas!
coba kalo anak2 boleh masuk ke ruang shalat, mungkin lantai panas juga bisa mendinginkan hatiku hehehe...
karena ga banyak yang bisa dilihat dan dinikmati (pemandangan selebihnya adalah ribuan jamaah yang menyemut di area masjid dan pada makan dan minum sesuka hati, kadang juga nyampah sembarangan), maka akhirnya kita cuman foto2 aja di area masjid.
eyang-kung dan putri tentu saja senang... secara udah bercita2 untuk foto2 sepuasnya biar bisa cerita ama temen2 di kampung halamannya hehehe...
oh iya, kalo eyang yang cerita, mungkin bakal lain deh ya narasinya, secara kan mereka emang jauh2 datang dari malang ke depok dan berkesempatan liat masjid kubah emas.
hmm, harusnya aku mulai belajar untuk memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang ya ;).
ke cirebon & kuningan
kali ini ke kuningan. acara penyuluhan hukum.
secara ga ada kereta yang langsung ke kuningan, maka transitlah aku dan teman2 di cirebon untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan bis hotel yang sudah menanti di halaman stasiun.
sempat ketemu rofii, soulmate pas di unimelb, dan ngobrol2 sebentar.
sayang rofii sibuk ama hal2 yang ga jelas, jadi ga mau ikutan ke kuningan.
kuningan sih dingin dan berangin pas malam, panasss pas siang; serasa melbourne in autumn hehehe... kami nginep di hotel tirta sanita yang berada di bawah kaki gunung ciremai.
perasaanku nih, kayaknya ada yang aneh deh kalo aku pergi tugas luar dan menikmati keindahan alam tanpa ada keluarga. jadi ya kesannya biasa2 aja.
apalagi ketambahan tugas kantor yang kudu cuap2 kasih penyuluhan, yang sebenernya bahan udah basi tapi implementasinya belum 50%!
di depok sendiri, dhevi dan deana udah sekolah tiap hari.
dhevi SD kelas 1 dan deana TK-B.
pas aku ke cirebon dan kuningan, eyang-kung dan putri-nya 2D pada datang ke depok.
ga asyik banget kan... aku tugas luar ke cirebon sementara ada keluargaku yang lengkap berkumpul di depok.
kesimpulannya, pokoknya tugas luar yang lebih dari 2 hari tanpa bisa bawa keluarga itu nyebelin deh. apa ya, sense-nya ga dapet gitu lho. apa karena aku belum biasa pergi2 tugas luar ya? hmm, barangkali... well, moga2 besok2 ga pake acara tugas luar lama2 deh ya...
dhevi udah SD
tapi ga apa2 deh, review perjalanan dan perjuangannya dhevi masuk SD kan belum basi hehehe...
jadi nih, begitu awal januari 2008 aku dan mufti mendaftarkan dhevi ke SDIT Al-Muhajirin di Depok (yang kalo dari rumah 3km-an, tapi bisa 15 menit kalo macet), langsung ditolak mentah2 ama kepala sekolahnya. eits, ga mentah2 sih, tapi apa ya... ya ditolak deh pokoknya untuk bisa masuk jadi siswi kelas 1 (padahal kan di Brunswick South West Primary School, dhevi udah kelas 1 lho).
alasannya:
1. dhevi ga bisa bahasa indonesia aktif. boro2 nulis, baca juga ga bisa.
2. dhevi ga punya raport semester 1. ya iyalah... di BSW PS juga raport-nya ga pake angka, cuman tulisan dan catatan2 gurunya aja.
3. dhevi ga bisa baca tulis dan menghafal surat2 pendek al-qur'an.
in a short word, itu kepala sekolah menganggap bahwa dhevi akan jadi trouble maker deh kalo dimasukin ke kelas 1.
berusaha untuk sabar, walaupun jengkel, akhirnya dhevi ikutan kursus bahasa indonesia sekaligus kursus ngaji, dengan seorang guru di sekolah yang sama.
eh, giliran test gelombang pertama, dhevi ga lulus test, secara emang bahasa indonesianya juga belum mahir2 banget.
nyebelin banget deh pokoknya!
akhirnya pas test ke-2, baru deh lulus test.
dan, pertengahan bulan juli kemarin itu, mulailah hari pertama dhevi masuk sekolah.
moga2 aja pilihanku dan mufti memasukkan dhevi ke sekolah itu ga salah ya.
wish that dhevi can adapt her new environment of school, yang pastinya beda banget ama atmosfir pendidikan di BSW-PS.
Wednesday, July 02, 2008
volunteer open day
foto ini diambil tanggal 31 mei 2008, dalam acara open day melbourne university di four seasons hotel, jakarta.
dalam acara itu, ada beberapa alumni yang ditawari untuk jadi volunteer yang bertugas menjelaskan berbagai aspek pendidikan di melbourne uni, berikut suka duka selama jadi student... yah itung2 live model gitu, biar para pengunjung yang datang itu bisa langsung melihat output dari pendidikannya melbourne uni.
dalam acara open day itu, sekaligus juga ajang reuni untukku, dina (berdiri disebelah kananku), madzae (sebelah dina), dan glen (dibelakangku). yang lainnya adalah alumni dari berbagai angkatan yang lebih senior.
walaupun capek seharian berdiri dan menjelaskan berbagai program studi di melbourne uni, tapi senang dong ketemu temen2 lama dan baru plus dapet gretong t-shirt melbourne uni ;).
berita sedihnya, salah satu dari volunteer tersebut, yaitu susika (berdiri, ke-3 dari kanan), mengalami kecelakaan dengan pesawat cassa 212 minggu lalu ketika sedang mengemban tugas dinas. selamat jalan ya mba, semoga arwahmu tenang di alam yang kekal... walaupun baru sekali ketemu pas open day, tapi kebersamaan yang cuma sesaat itu sungguh menyenangkan.
pengunjung dalam acara open day ini mayoritas orang2 yang concern ama pendidikan dan masa depan mereka (dan tentu saja dari golongan orang2 kaya yang ga terpengaruh ama kenaikan harga minyak dunia). bahkan ada sepasang orang tua yang anaknya baru berumur 11 tahun tapi udah mencari2 universitas yang bagus untuk anaknya tersebut. walah, kalo orang miskin penerima bantuan langsung tunai sih boro2 mau nyari uni buat anaknya yang masih 11 tahun, bisa makan tiap hari aja udah syukur.
tapi ya itu deh gambaran kontras di indonesia, kalo yang kaya ya makmur banget, kalo yang miskin ya bener2 nelangsa deh hidupnya.
hikmah sekolah
tapi pembicaraanku dengan seorang teman lama yang sudah senior, membuatku harus selalu teringat dengan ilmu padi, yang semakin merunduk ketika ‘isi’nya semakin penuh. setelah bertukar kabar, temanku itu sempat bertanya (so far belum pernah ada yang menanyakan hal ini ke aku), ‘apa sih hikmahnya sekolah lagi buat kamu?’
wah, banyak dong hikmahnya… yang jelas sih mikirnya jadi lebih kritis dan multi dimensional, lebih ekspresif, lebih dekat ama keluarga, dll dll deh, but above all, yang jelas hikmah yang paling mendalam yang bisa diambil adalah… pentingnya teamwork dalam sebuah keluarga untuk mencapai tujuan.
teman seniorku itu menyatakan suka-cita-nya ketika aku mengatakan hal tersebut. mungkin aku masih terlalu muda ya untuk mengerti kenapa temanku itu begitu senang mengetahui kalau aku tidak ‘melupakan’ peran keluarga.
dalam pandangannya, beliau menganggap bahwa aku sedang mengalami proses transformasi untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, yaitu perempuan yang selalu menghargai suami and put family before everything.
tapi kalo dipikir2 lebih lanjut, memang benar kok kalo kebahagiaan dalam keluarga itu bisa menentukan keberhasilan kita di luar rumah. seingatku, waktu aku mau melamar beasiswa ke luar negeri dan mufti menyatakan ga mau ikut menemaniku sekolah, maka sekeras apapun usahaku dalam memperoleh beasiswa, hasilnya ga tembus juga. tapi begitu mufti bersedia menemaniku, terlepas dari jurusan/uni/negara apa yang aku pilih, ajaib-nya jalan untuk dapat beasiswa itu ada lho, dengan restu Tuhan tentunya.
jadi kesimpulanku, apapun yang akan aku lakukan, jangan lupa minta persetujuan suami!
8 tahun berlalu
berawal dari perkenalan di dunia maya (halahhh… sesama temen di bps aja kok ya dibilang kenal di dunia maya… tapi bener lho, kami berdua kenal bukan karena bertemu di suatu acara kantor, tapi karena imel2an terlebih dahulu), berlanjut menggunakan telefon dan sms, baru sebulan setelah perkenalan di dunia maya itu kami bertemu.
tempat ketemunya juga di gambir, yah, secara memang dari dulu aku adalah seorang roker alias rombongan kereta… jadi meeting point-nya ya di stasiun.
kesan pertamanya biasa2 aja, mungkin karena udah sering berkomunikasi, jadi ga berasa terlalu surprise waktu ketemu.
pertemuan itu ga begitu sering berlanjut, karena kesibukan kami masing2. paling ketemu juga sebulan sekali, di kantor juga jarang ketemu. komunikasi, seperti biasa, cukup lewat imel, telfon dan sms aja. intensitas kopi darat-nya rendah sekali.
ketika akhirnya kami memutuskan untuk menikah 11 bulan setelah pertemuan pertama itu, yang kami andalkan (dan menjadi bekal untuk kami) hanyalah keyakinan akan pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan.
sekarang, 8 tahun berlalu setelah pertemuan pertama yang kesannya biasa2 aja itu, setiap kali kami berdua naik kereta dan melintasi gambir dan monas, pasti ada celetukan usil tapi romantis ala titanic ‘this is where we first met’… hahaha…
Tuesday, June 10, 2008
Jalan Menuju Sufi
Hari Sabtu kemarin, lampu mati lagi. Aduh, mana lagi males keluar rumah (dengan alasan macettt dimana2), jadilah aku terperangkap di rumah sendiri.
Mau beres2 rumah males, mau masak lagi ga mood, mau tidur kepanasan, yah akhirnya pasrah dengan melakukan kegiatan yang beberapa waktu lalu wajib kudu harus dilakukan, yaitu membaca buku!
Halahhhh, kok ya males banget ya untuk memulai membaca buku teks.
Udah gitu baru beberapa halaman langsung berasa mulai ngantuk, apalagi ada istilah yang aku lupa apaaa gitu ya artinya.
Buku teks yang aku baca adalah buku tentang sejarah Indonesia modern.
Di halaman2 awal, udah ada kata2 “kaum sufi dianggap sebagai kaum yang bertanggung jawab dalam penyebaran agama Islam”. Aku familiar dengan istilah itui tapi kok mendadak lupa apa itu definisi kaum sufi.
Ah, sms Rofii aja deh, soulmate-ku ketika lagi sama2 menimba ilmu di Law Faculty-nya Melbourne Uni, untuk tanya apa sih kaum sufi itu?
Ga berapa lama, Rofii membalas sms-ku itu dengan telefon.
Kalimat yang muncul dari seberang sana adalah: “Wah, tumben nih tertarik ama dunia Islam. Dalam rangka apa pengen tau tentang kaum sufi?”
Ih, sebel! Aku jawab, “Dalam rangka bete nih mati lampu, trus baca2 buku yang ngebahas kaum sufi, dan mendadak aku lupa siapa itu kaum sufi.”
Lalu, mengalirlah cerita tentang sufism, berikut tasawuf dan tarekat yang menjadi kegiatan dan organisasi kaum sufi. Intinya sih, kaum sufi itu adalah kaum yang selalu ingin mendekatkan diri dengan Allah, dengan cara selalu berdoa (panjang deh kalo diceritakan secara rinci dan mendetail).
Di akhir telefonnya, Rofii menasehatiku, “makanya, kalo mau hidup tentram, contoh dong gaya hidup kaum sufi”. Dalam hal ini adalah gaya hidup yang lebih banyak pasrahnya (walaupun pakai logika juga dong ah), sering2 melakukan meditasi dan instropeksi diri, menahan hawa nafsu, dll dll deh…
Kalo dipikir2, emang bener apa yang dijelaskan Rofii panjang lebar, tapi menjalaninya merupakan suatu tantangan yang berat. Semua itu kan harus dilatih, harus dibiasakan dari sekarang. Moga2 di masa yang akan datang, aku juga bisa jadi -apa ya- bukan kaum sufi sih (karena kriteria2nya juga cukup berat buatku yang -mengutip istilahnya Dina- adalah seorang ‘muslim otonom’ hehehe), tapi jadi orang yang lebih baik lagi dibandingkan sekarang.
Perjalanan ke Lampung
Kayaknya kalo yang diceritain cuman wisata kuliner aja, ntar dibilang ga punya sense of crisis lagi hehehe…
Jadinya, sekarang aku mau berbagi cerita perjalanan ke Bandar Lampung aja deh, terbatas pada perjalanannya lho, ga termasuk kegiatan2 kantor yang membosankan.
Waktu tempuh Jakarta-Lampung dengan pesawat cuman 35 menit. Take-off dari Jakarta, ga lama kemudian udah berada di atas air, alias Selat Sunda sepanjang perjalanan. Begitu kelihatan deretan pohon2 kelapa sawit, 5 menit kemudian pesawatnya mendarat. That’s it! Aduhhhh, kok ya lebih lama perjalananku dari Depok ke Juanda ya daripada dari Jakarta ke Bandar Lampung . Bandar udaranya terletak in the middle of nowhere, dimana sepanjang mata memandang cuman bisa capture rumput2an dan pohon2 kelapa sawit. Well, apa emang bandar udara yang ada di kota2 kecil di Indonesia kebanyakan seperti itu ya, secara di Malang bandara-nya juga model2 kayak gitu.
Nah, sekarang perjalanan balik dari Bandar Lampung ke Jakarta. Langit mendung, tapi udaranya panasss banget. Apa semua langit di Indonesia kebanyakan berwarna kelabu ya? Secara kalo di Oz, selalu melihat warna langit yang biru jernih. Take-off langsung ada di atas Selat Sunda dan berada di atasnya selama kurang lebih 30 menit, sembari memandangi air yang beriak tenang. Menjelang masuk Jakarta, wah… pemandangan baru nih untukku. Dari pesawat, aku bisa lihat ada beberapa tower (yang aku duga adalah apartemen) plus beberapa blok perumahan. Hmm, ada perumahan baru di pinggir pantai. Perbatasan antara darat dan air susah dilihat dengan jelas dari atas pesawat (hiperbol mode on hehehe), secara warnanya hitam semua… pasir pantainya kelitahan suram, begitu juga warna airnya. Susah mau bilang kalo Jakarta itu indah, walaupun ada bangunan2 baru di sekeliling pantai dan air hitam.
Monday, May 26, 2008
update...
but live goes on, dan ada banyak hal yang perlu dicatat di dalam diary :).
1. dhevi udah buka jaitan diatas bibir. ada bekasnya, sempat ada keloidnya juga. tapi berkat saran teman2 dan sodara2 yang banyak memberi perhatian dan doa untuk dhevi, akhirnya aku pakai salep madecassol yang terbukti cukup efektif untuk melenyapkan keloid. tapi bekas jaitan masih tetep keliatan. yah, moga2 bisa hilang deh dalam hitungan 4 tahun, secara bekas jaitan operasi sesar-ku udah mulai terlihat samar2 setelah 4 tahun.
2. deana, ga jelas deh apakah dia senang atau sebal masuk sekolah TK-nya yang sekarang. kadang2 pagi nangis dan mogok berangkat sekolah (walaupun akhirnya pergi juga sih), kadang2 malah bersemangat pergi sekolah. apa karena harus pergi sekolah tiap hari ya, jadinya dia bosen ada di lingkungan sekolah?
semenjak masuk TK islam, alhasil deana jadi hafal doa sehari2. enak ya jadi anak kecil, gampang banget hafal ini itu dan belajar bahasa lain. di melbourne bisa bahasa inggris, di depok jadi lancar lagi bahasa indonesianya, plus hafal doa2 yang pake bahasa arab.
3. kegiatanku (dan mufti, tentunya) di kantor garing2 aja.
kerjaan yang kejar tayang yang seolah2 selalu ada, membuat kadang2 terpaksa pulang lebih sore, atau membawa kerjaan itu ke puncak. ke puncak alasannya biar lebih fokus gitu, ga diganggu2 ama urusan kerjaan lain, padahal sih malah bikin capek, secara seluruh waktu kita habis buat ngurusin kerjaan, bahkan tidur aja kadang2 bisa lewat tengah malam. gaya hidup yang ga sehat!
4. aku dapet tugas dinas ke jawa timur (wah, akhirnya, setelah 8 tahun kerja di bps, aku dapet giliran tugas dinas lho!), dalam rangka penyuluhan hukum.
secara ada rapat koordinasi di batu-malang, akhirnya kakiku tidak terjejakkan di surabaya, tapi langsung ke malang... yuhuiii... sekalian nengokin ortu deh ceritanya.
ga lama sih di malang, cuman 2 hari, dan sempat tidur di bango semalam.
sebelum pulang balik ke depok, sempat mau beli bensin di pom bensin yang dekat smp-ku dulu.
wah, ternyata stok bensin sudah habis. terpaksalah aku pergi ke pom bensin yang lebih jauuuuh lagi dan ternyata pakai antri pula selama 20 menit sebelum akhirnya bisa isi bensin.
haduh, kok makin ga nyaman ya menjalani hidup di indonesia.
mana macet, semua2 mahal.
juga ga sempat jalan2 sekeluarga pula kalo weekend. alasannya, ya itu tadi, kalo ga karena males pergi2 karena macet ya yang pasti apa2 berasa mahal hehehe...
kontras banget ama di melbourne, yang kalo weekend lagi ga punya duit-pun, masih bisa merasakan jadi manusia yang bahagia dengan duduk2 di library, taman kota atau sekedar jalan2 menghirup udara segar tanpa bau asap rokok/knalpot.
yah sudahlah, nasib tinggal di negara berkembang hehehe...
Thursday, April 03, 2008
dhevi jatuh dari sepeda
dhevi dan deana lagi seger2nya karena baru bangun dari tidur siang.
ada mertua yang nginep dari bintaro sejak seminggu sebelumnya.
ada kakakku juga dateng dari tangerang.
karena udara yang panas (halahhh... emang kapan sih depok udaranya dingin di sore hari? walaupun hujan seharian masih juga berasa panas!), jadinya pada ngobrol2 di teras luar.
dhevi dan deana main2 sepeda di halaman.
awalnya sih aku udah janji untuk memperbolehkan dhevi pakai sepeda ke luar rumah. mufti bilang, ga boleh, ntar aja, nunggu ada yang nemenin. tapi akhirnya dhevi pergi juga pakai sepeda ke luar rumah.
pas on the way balik ke rumah, mufti sempat lihat dhevi agak ga stabil bawa sepedanya. yah, maklum, jalan di sekeliling rumah kan ga semuanya di-aspal. alhasil, jatuhlah dhevi dari sepeda.
kupikir yah biasalah jatuh dari sepeda. paling luka di lutut atau siku tangan. tapi kok dhevi nangis sambil nutupin daerah hidung ya? aku pikir, mimisan... ternyata pas aku liat, olalaaa... bibir atasnya robek! haduh, kok ya ada2 aja kecelakaannya.
ga pikir panjang, kami langsung membawa dhevi ke rumah sakit.
masuk ke emergency unit, dan langsung ditangani oleh suster buat membersihkan luka2nya.
setelah itu dokternya datang dan observasi kondisi dhevi. dokternya bilang bahwa prosedur medisnya adalah bagian bibir (luar dan dalam) dibius lokal dan dilanjutkan dengan menjahit bagian bibir yang robek.
pas dibius sih biasa aja, ga nangis.
giliran mulai dijahit, baru teriak2 sakit. totalnya ada 4 jahitan di luar dan 3 jahitan di dalam bibir.
sesudahnya, dhevi masih harus di-imunisasi tetanus, supaya ga kejangkit penyakit2 yang lain (halah, aku ga ngerti itu tetanus buat mencegah penyakit apaan aja).
sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit, mufti cuma bilang ke dhevi, "this is all your fault dhevi because you are careless. next time you must be careful."
yah, moga2 next time dhevi bisa lebih hati2 dalam melakukan berbagai hal.
hari selasa, aku anter dhevi ke rumah sakit lagi untuk kontrol jahitan. alhamdullillah jahitannya udah bagus dan kering, dalam arti ga keluar darah/nanah.
insyaallah hari minggu besok bisa dilepas jahitannya.
moga2 bekas jahitannya bisa hilang.
ada ide ga, apa ada krim yang bisa menghilangkan bekas jahitan gitu? share with me yaaa...
Monday, March 31, 2008
angka 6
aku bukannya orang yang hobi mengkait-kaitkan nomer dengan kejadian di dunia nyata. tapi entah kenapa, angka 6 itu selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan buatku khususnya untuk masalah ruang kerja, paling tidak dalam 7 tahun terakhir ini.
jamdul, ngantor di bps, yang ada di jl. dr. sutomo nomer 6, ngepos di gedung nomer 6 lantai 6.
pas menuntut ilmu di ialf, tempat kursusnya ada di lantai 6.
giliran kuliah di melbourne law school, kok ya passs banget itu graduate school-nya ada di lantai 6.
lebih jauh lagi, bukan cuman angka 6 yang akrab dengan hari2ku, tapi berkembang menjadi angka 46.
dulu, milih notel hp tanpa ada perasaan apa2, karena emang notel yang tersedia cuman itu, jadilah memilih nomer hp yang berakhiran 46. berlanjut ke pemilihan bank di kantor yang mengharuskan pakai bank yang bernomor 46. ga berhenti sampai di situ, tanggal pernikahan yang jatuh di tanggal 4 juni, yang bisa dituliskan jadi 46, plus suami yang anak ke 4 dari 6 bersaudara, berhubungan dengan 46 juga kan...
yah sudah deh, rasanya kok ya keterkaitanku dengan angka 6 atau 46 itu kuat banget.
tapi memang ga selamanya harus berhubungan dengan angka 6.
setidaknya sekarang aku udah pindah lantai, yang dulunya di lantai 6 sekarang di lantai 7 (walaupun untuk yang lain2nya teteuppp... selalu 6).
buatku sih, angka ya tetaplah angka.
mungkin ada yang bilang kalau 6 adalah angka hoki atau apalah, tapi aku sendiri juga ga tau apa hokinya. yang jelas, selama aku ga terganggu dengan angka2 tersebut, ga jadi masalah kan...
Wednesday, February 27, 2008
Ngantor lagi
Back to my old habitat!
Ngantor lagi. Sementara Mufti masih di rumah, karena memang cutinya masih panjang, masih sampai Juli 2008 (tapi sekarang udah mengajukan permintaan aktif kembali di kantor).
Naik kereta 710 lagi, nge-bajaj atau nge-ojeg, pulang jam 1629, menjadi rutinitasku lagi. Balik lagi ke Biro Kepegawaian dan Hukum BPS yang sudah menjadi ’rumah kedua’ku dari tahun 2000.
Ketemu lagi dengan teman2 lama dan ada beberapa teman2 baru, saling bertukar kabar, makan siang di kantor.
Yah, gitu deh... ritme hidupnya back to monoton!
Wish me luck, wish me can survive!
Akhirnya lulus juga
Kerja keras yang dari kursus di IALF, yang memaksaku harus bangun jam 4 tiap hari karena harus naik kereta ekonomi jam 0540 (kadang molor dan baru berangkat jam 06 kurang dikit) untuk bisa sampai di Manggarai jam 0630 untuk kemudian sambung bis/ojeg ke IALF untuk mengikuti kursus mulai jam 0700.
Siangnya juga harus pakai kereta ekonomi untuk pulang. Dan kegiatan itu berlangsung selama 6 bulan.
IAP di Melbourne Uni selama 6 minggu.
Dan masuk kuliah rutin setelahnya selama 1.5tahun.
Kerja otak yang sangat2 melelahkan.
And I’ve done it! I’ve done it and I’m so happy about finishing my study.
I would like to say thanks to:
God, who is always so very kind to me and always helps me and makes my wish come true.
My parents (papa, mama & mamah), for your love and kindness.
Mufti, thanks for all the great moments. Look how far we’ve came for 6.5 years!
Dhevi and Deana, you the reason I’m strong!
Seluruh keluarga dan teman2ku yang –haduh- daftarnya bakalan panjang banget deh kalo diuraikan satu persatu. Yang jelas, tanpa ada support dari semua orang di sekelilingku, aku bakal merasa merana seorang diri. Thank you for all of your supports and attentions, from the bottom of my heart, I must say that I really really really appreciate it!
Ke Malang
Kami menumpang pesawat Adam Air ke Surabaya. Pesawat sempat ditunda 2 jam dengan alasan pesawatnya lagi dipakai untuk melayani trayek perjalanan yang lain. Hmm, telat kok ya 2 jam. Ga professional banget deh.
Perjalanan Surabaya – Malang sudah berbeda dengan perjalanan yang pernah aku lalui bulan Mei 2006. Luapan lumpur Lapindo menghambat perjalanan kami di ruas jalan tol Porong. Itu menyebabkan si sopir harus mengambil jalan memutar ke kampung2 yang jalanannya sebenarnya hanya cukup untuk 1 mobil. Jadi kalo ada mobil dari arah yang berlawanan, yah, si sopir kudu extra hati2 dan melambatkan laju kendaraan. Alhasil, setelah 2.5jam kami baru sampai di Malang, padahal waktu normalnya cuma 1.5jam.
Haduh, kalo liat perkampungan yang tersulap jadi lautan lumpur, jadi kepikiran ama nasib para penduduk yang dulu tinggal di situ; yang notebene bukan orang2 kaya yang punya banyak pilihan untuk melakukan berbagai hal. Moga2 saja mereka bisa tetap bertahan hidup.
Di Malang, acaranya kebanyakan hanya di rumah Bango 15 aja. Males mau kemana2. Hari pertama ke makam Arwin, mengingatkanku pada kesedihan setahun yang lalu saat kakakku kecelakaan di laut Sendang Biru. Kunjungan ke rumah keluarga hanya kami lakukan ke rumah Om Ali.
Kami sempat juga ke Agro Wisata, tempat wisata di kota Batu yang bisa petik apel sendiri di kebunnya. Tapi ya ampuuun... itu tempat wisata sungguh2 mengecewakan. Secara acara memetik apel adalah komoditas yang dijual, seharusnya komoditas itu dikemas sedemikian rupa semenarik mungkin. Ternyata yang kami dapati hanyalah kebun apel yang berbuah kecil2 dan buat kami sih tidak layak di petik apalagi dimakan. Mau komplen? Halah... di Indonesia gitu lho... paling juga cuma dapet senyuman, ga dianggap masalah serius.
Setelah 8 hari kami menghabiskan waktu di Malang, tiba juga waktunya balik ke Depok. Kami memutuskan memakai penerbangan langsung dari Malang ke Jakarta.
Sehari sebelum pulang, Mas Haris (kakakku) nelfon dan mengabarkan tadi pagi pesawat Sriwijaya Air yang terbang dari Jakarta menuju Malang terpaksa mendarat darurat di Surabaya karena ada kerusakan mesin. Haduh, kok ya perasaanku jadi ga enak ya.
Hari Sabtu (26 January 2008), cuaca di Malang benar2 ga bersahabat. Hujan disertai angin. Sungguh cuaca yang ga nyaman untuk terbang.
Diantar tante Nuning ke Bandara, ternyata belum ada kepastian jam berapa pesawat dari Jakarta akan datang. Alhasil, setelah ditunda selama 2.5jam, pesawat kami alhamdullillah bisa berangkat.
Tetap perasaanku belum nyaman.
Suara mesin pesawat yang kasar, sound system yang hilang muncul sehingga pengumuman dari pramugari harus sering2 diulang (haduh, deg2an kan, sound system-nya aja tidak bisa berfungsi baik, apalagi mesin pesawat), beberapa kali mengalami guncangan di udara, dan landing yang kurang smooth, membuatku amat sangat bersyukur alhamdullillah ketika akhirnya bisa menghirup udara di luar pesawat.
Sepertinya untuk 1 atau 2 tahun ke depan, aku ga mau ke Malang pakai pesawat deh. Moga2 di masa yang akan datang, pelayanannya maskapai penerbangan bisa lebih baik dan tidak membuat jantung berdebar2.
1 Januari 2008
Tapi karena begitu sibuknya, aku sampai ga kepikiran mau apa ya tahun ini.
2005 resolusinya dapet beasiswa. Alhamdullillah kesampaian.
2006 resolusinya pengen sekolah di Melbourne Uni. Kesampaian juga.
2007 resolusinya pengen dapet nilai H1. Kesampaian juga.
Selama 3 tahun terakhir ini, selalu saja resolusinya berhubungan dengan target2 sekolah dan alhamdullillah semuanya kesampaian.
Untuk yang 2008 ini, resolusiku sederhana saja... Aku mau bikin resolusi yang down to earth, yang ga neko2.
Secara pas di Melbourne berat badanku sempat naik drastis (akibat makan melulu di musim dingin, soalnya kalo ga makan ga bisa mikir), maka tahun 2008 ini aku berencana untuk bisa menurunkan berat badan, paling ga ya 5kg gitu deh.
Moga2 bisa ya...
Adaptasi lagi di Depok
5 jam kemudian, para pramugari sudah menyajikan sarapan untuk kami, dan 2 jam kemudian kami sampai di Singapore untuk transit 2 jam.
Waktu 2 jam tidak begitu terasa, karena ada fasilitas internet gratis di bandara. Sementara anak2 bisa lari2 kesana kemari sesuka hati mereka.
Sesuai waktu yang tertera pada tiket, kami terbang menuju Jakarta.
Sama seperti perjalanan dari Melbourne – Singapore, begitu duduk anak2 langsung dapat mainan dan breakfast (lagi!).
Tanpa delay dan on time, alhamdullillah kami sampai di Jakarta dengan selamat, tak kurang suatu apapun.
Sesampainya di Jakarta, kami langsung bisa merasakan udara panas, lembab dan lengket di sekujur kulit. Langit mendung tanpa ada hembusan angin. Mungkin cuma 27 derajat (compare to Melbourne yang saat summer bisa 42 derajat), tapi keringat yang keluar dari pori2 kulit membuat tubuh jauh dari rasa nyaman.
Tapi, anyway, welcome back to Jakarta!
Perjalanan Jakarta – Depok yang memakan waktu 2 jam, benar2 menyebalkan!
Karena Daud (kakaknya Mufti) yang menyetir mobil, sempat salah masuk jalan dan alhasil kena tilang. Walau Daud ngotot dan berdalih tidak ada papan penunjuk yang menyatakan mobil dilarang lewat, tetap saja uang Rp50ribu itu masuk ke celengan petugas kepolisian (apa lagi nyari bekal buat acara malam taun baru ya?).
Ah sudahlah, aku harus kembali mengingat2 segala kebiasaan yang ada di Indonesia, dan di urutan paling atas, harus diingat bahwa ‘uang adalah segalanya’.
Mungkin aku salah mengatakan bahwa polisi itu mata duitan, tapi yang jelas, uang Rp50rb itu telah keluar dari dompetku tanpa ada bon/nota/memo tanda terima, hanya supaya STNK mobil tidak ditahan oleh polisi dan mobil kami boleh lewat.
Sampai di Depok, duh senengnya liat rumahku lagi.
Rumah yang ada halamannya (compare to cumming street yang hanya flat dengan sedikit balkon), dan sepertinya hanya rumah inilah yang membuatku berkeinginan kuat untuk pulang kembali ke Depok.
Alhamdullillah rumahku dirawat rapi oleh om Joko dan tt Titik yang rela dan ikhlas menempati rumahku walau mereka dapat jatah rumah dinas militer. Hasilnya, aku ga perlu repot2 membersihkan rumah. Segala sesuatunya teratur rapi, bahkan tembok juga di-cat ulang dan jok kursi diganti (haduh, padahal ketika aku mau berangkat ke Melbourne, jok kursi itu juga sudah mulai rusak/robek akibat buat loncat2an Dhevi dan Deana).
Malam pertama tidur, masih berasa kurang nyaman. Apalagi pas jam 12 malam, bunyi petasan membahana di mana2. Oh iya ya, malam pergantian tahun sih, mungkin semua penduduk kampung di sekitarku pada menyalakan petasan dan membuat suasana berisik. Well, Happy New Year 2008!
Refleksi kehidupan di Melbourne
Terakhir cuman sempat menulis tentang hari2 terakhir di Melbourne yang memacu jantung bekerja ekstra. Mulai dari ribetnya hari2 menjelang submit paper terakhir; meyortir barang antara yang mau dibawa/dikirim ke Depok, dijual atau dibuang, yang sepertinya never ending story; ngurus kargo; ngurus2 pemutusan listrik, air, gas dan telefon; sampai urusan nutup rekening bank dan kartu kredit.
Itu ‘cuma’ urusanku aja.
Urusannya Mufti, Dhevi dan Deana juga ga kalah panjang.
Mufti yang harus mengajukan permohonan berhenti dan terpaksa juga harus cari ganti orang; ngurus2 rekening bank (juga); ngurus tax return (thanks God, untuk urusan ini udah diserahkan sepenuhnya ke Ken); ngurus jual beli mobil, termasuk nyari bengkel yang bisa sekalian ngurus surat layak jalan kendaraan; sampai berujung pada makan malam bersama bos & keluarganya.
Dhevi yang harus tampil di acara sekolah (baik group ataupun individu), untuk menyanyi, menari, dan bahkan untuk keyboard performance (halah, belajar keyboard juga cuma seminggu sekali itupun 30 menit aja, tetep kudu ikutan performance!).
Deana ga gitu ribet. Tapi secara sebelum pertemuan di session terakhir itu Deana ultah, maka aku minta gurunya untuk sekedar tiup lilin di sekolah,cuma sebagai pertanda Deana sudah 4 tahun. Di akhir session, idem dengan Dhevi, ada sebuah performance operet Natal di kindy. Menyanyi dan menari merupakan acara utama dalam acara tersebut yang ditutup dengan acara ramah tamah dengan guru dan sesama orang tua murid.
Dan untuk kami ber-4, segala riuh rendah dan suka duka hidup di Melbourne selama 19 bulan untukku (dan 17 bulan untuk Mufti, Dhevi dan Deana) diakhiri dengan acara farewell party yang diselenggarakan di rumah Melon oleh semua temen2 Law angkatan winter 2006 dan 2 orang teman dari fakultas lain. Sebagian perasaanku menyiratkan rasa senang, terharu dan bangga karena akhirnya semua masalah di Melbourne bisa aku lalui, sementara sebagian besar perasaanku yang lain menyimpan rasa sedih untuk meninggalkan indahnya masa2 sekolah. Juga terbesit rasa kasian buat anak2 karena udah kebayang bahwa di Indonesia mereka akan sekolah di bawah tekanan harus ini dan itu demi mewujudkan target sebuah kurikulum.
Setelah menjalani sekolah di luar negeri dengan membawa keluarga, ternyata bukanlah hal yang sulit, walaupun juga bukan hal yang mudah.
Sulit, karena aku dan Mufti harus bener2 saling menjaga dan mengurus anak2 kami tanpa bantuan orang lain; untuk segala hal. Tapi seiring berjalannya waktu dan karena telah terbiasa, semuanya itu ga jadi masalah. Malah kami merasa senang bisa sering2 kumpul ama anak2 dan tau bagaimana mereka tumbuh dan berkembang dalam pengawasan kami. Kalau dulu sering dengar kata2 ’apa sih yang ga dikasih kalo buat anak’, nah, pada saat2 kami di Melbourne inilah kata2 itu bukan cuma sekedar menjadi pemanis bibir. Alhamdullillah, kami tidak hanya memberikan sandang, pangan dan papan yang layak bagi anak2 kami, tapi juga kami mampu memberikan hampir seluruh perhatian kami untuk anak2 kami. Karena, ternyata kehidupan kantoran di Jakarta membuat kami hanya memiliki sisa waktu yang tidak berkualitas untuk anak2. Dengan berbagai alasan terkadang kami sampai rumah dalam keadaan yang ’menyedihkan’. Capek (baik di jalan atau di kantor) adalah alasan yang seringkali terlontar ketika sebenarnya anak2 ingin mengobrol.
Kebayang deh, sepertinya kalau sudah sibuk ngantor, bakalan merindukan lagi masa2 seperti di Melbourne. Masa2 dimana harus bangun pagi2 dan harus ngurusin keperluan anak2 menjelang sekolah, masak, ke kampus, pulang kampus juga masih harus ngurusin rumah dan segala macemnya, dan malam hari masih harus baca buku/paper/jurnal. Masa2 yang penuh tekanan tapi juga sangat menyenangkan.
Hmm..., I really really gonna miss that moments. Although I may be too naïve to say that these were the best days of ours, but I think I will take a chance if God gives me another opportunity to repeat these moments.
Dan ketika hari mulai gelap di tanggal 30 December 2007, itulah menit2 terakhir kami di Melbourne. Aku merasa terharu ketika teman2 senasib seperjuanganku datang untuk menyampaikan selamat jalan dan semoga sukses di kehidupan selanjutnya. Duh, rasanya separuh hatiku tertambat di cumming street.
But live will go on, and I know that we all will be okay.
Good bye Melbourne, wish I could come back again someday!