Wednesday, January 21, 2009

visit singapore

Perjalanan ini lebih sebagai compliment atas berbagai stress dan tumpukan pekerjaan selama 4 bulan terakhir. Ga stress banget sih, biasa aja, secara namanya kerjaan kan ada acara stress dan rileksnya ;). Sejak September 2008, aku ikut join di sebuah program persiapan perbaikan output dan outcome di kantor. Proyek prestisius instead of ambisius, gitu sih kalo kata big boss. Program ini, yang membuatku terpaksa bekerja di 2 tempat, gd. 6 lt. 7 dan gd. 3 lt.3, menuntut komitmen kuat untuk mewujudkan perubahan yang nyata dalam hal penyajian kualitas data. Bukan kerjaan yang bisa selesai dalam semalam, tapi kerjaan yang idealis dan harus dikerjakan dengan perencanaan yang matang.
Tapi yah, gitu deh kalo urusan kerjaan… stress dan senang datang silih berganti.

Nah, di penghujung tahun 2008, boss-ku di program ini memberiku kesempatan untuk melakukan perjalanan daerah. Bukan perjalanan yang membuat kening berkerut seperti kalo aku pergi ke daerah seperti biasa... tapi perjalanan yang penuh keriangan dan kebahagiaan.
Boss-ku memberiku perjalanan ke Provinsi Kepulauan Riau, tapi dengan bijaksananya, beliau bilang, ”langsung ke Batam aja, kalo kamu sempat kan bisa sekalian mampir ke Singapore”. Wah, baik banget ya ini boss, ngerti banget kalo aku butuh liburan.

Ditemani oleh seorang teman yang lain, akhirnya tanggal 14 Desember 2008 siang kami (aku dan temanku) berangkat ke Batam. Sesampainya di Batam, sempat jalan2 di Nagoya City Centre (yang ga lebih bagus daripada Asemka-Jakpus), trus nginap di Batam.
15 Desember 2008, pagi2 jam 630 kami sudah bersiap menuju Harbour Bay-Batam untuk catch the ferry to Singapore. Dapet ferry kedua jam 730, butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai di Harbour Front-Singapore. (Ada jeda waktu 1 jam antara Batam dan Singapore. Singapore duluan, jadi kalo di Singapore jam 9 pagi, maka di Batam baru jam 8 pagi). Sesampainya di Singapore, kami harus ngantri di Custom yang menyebalkan, karena antrian yang panjang untuk All Passport dan membuat kami ngantri hampir selama 50 menit.

Usai urusan dengan Custom, mulai-lah kami jalan2 di sekitar Harbour Front, tanya2 jadwal, arah, tempat merlion dll di information centre. Akhirnya kami memutuskan untuk naik MRT aja dengan tujuan ke Orchard Road. Naik MRT jam 10 pagi masih sepi banget, padahal hari Senin.
Jalan2 di sepanjang Orchard Road, trus ke information centre lagi untuk nanyain dimana resto makanan halal. Jalan lagi ke Lucky Plaza, lunch dulu. Sesudah itu masih jalan sebentar di Orchard Road, catch another MRT ke Merlion Park (stasiunnya Raffles Park deh kalo ga salah). Agak jauh juga ya jalan dari stasiun MRT itu ke Merlion Park. Menuju Merlion Statue-nya kudu lewat terowongan yang ada di Fullerton Hotel.
Alkirnya, kesampaian juga niatku untuk liat itu patung singa laut yang jadi maskotnya Singapore. Seperti biasa, komentar standar adalah, 'aih, cuman gini aja kok...' hehehe...
Emang biasa banget kok, patung semen biasa dipahat sehingga berbentuk singa laut plus ditambah efek air muncrat dari mulutnya. Nothing makes me so impressed.

Seusai foto2 dan duduk2 sebentar di Merlion Statue itu, kami memutuskan untuk tidak pergi ke Esplanade, keliatan kok dari Merlion Statue.

Usai melihat maskotnya Singapore itu, kami memutuskan untuk jalan2 ke Little India dan ke Mustafa Centre (anaknya temanku nitip minta beli jam tangan, dan referensi yang kami dapat, Mustafa Centre adalah tempat murah meriah yang tepat untuk beli jam tangan).

Masih terang sih ketika kami keluar dari Mustafa Centre, sekitar jam 1830, tapi karena kami ga berniat bermalam di Singapore, akhirnya kami memutuskan untuk segera balik ke Harbour Front. Sembari nunggu ferry balik ke Batam, toh kami masih juga bisa window shopping di sekitar Harbour Front.
Finally, jam 20 WIB, kami kembali menjejakkan kaki di Harbour Bay-Batam. Thanks God for this wonderful journey.
Lumayanlah, udah survei ke Singapore buat rencana jalan2 bareng keluarga lain waktu ;).
Overall sih, Singapore is good, but Melbourne is still the best so far…

Back to Batam, dinner dulu, trus balik ke Hotel.
Oia, sempat juga makan di Sup Ikan Yong Kee, yang konon kabarnya itu sup ikan paling enak di Batam, tapi ternyata oh ternyata… ga masuk deh ama seleraku… aroma amis-nya ikan kakap masih tercium. Walau udah dilumurin bumbu kecap plus irisan cabe, masih aja ga bisa menutupi aroma amis itu. Yah, mungkin karena aku baru makan sekali, jadi belum tau ‘enak’nya dimana. Aku yakin, bagi para pecinta kuliner sup ikan, pasti itu masakan berasa enak banget.

Selasa paginya, jam 8 udah stand by buat ngantor. Ketemu ama kepala kantornya, mengkonsultasikan progress pekerjaan di Batam, hambatan2nya, sekaligus solusi yang bisa disarankan.
Usai konsultasi, sempat mampir lagi ke Nagoya, trus lanjut ke airport.
Hmm, what a nice journey nih kalo perjalanan dinas-nya seperti ini, instead of ngasih penyuluhan hukum hehehe...

Tuesday, December 23, 2008

Perjalanan ke Pontianak

Idem sama perjalanan ke Padang, journey ke Pontianak-pun (4-6 Desember 2008) sebenarnya bukan pilihan. Pilihanku, pengennya, ke Aceh, Banjarmasin, atau Samarinda gituh... secara punya temen2 jaman kuliah yang bisa diajakin hahahihi bareng.
Mood juga ga bagus-bagus banget.
Tapi, alhamdullillah, Tuhan baikkk banget, He gives me ways to enjoy my journey to Pontianak.

Pertama, temanku dari bagian lain juga mengadakan perjalanan ke Ponti. Ndilalah ada juga 2 orang dari bagian lain (temen kereta juga sih) yang ke Ponti.

Kedua, pas di pesawat, ketemu ama orang BPS Kota Pontianak. Hmm, sepertinya ini cara Tuhan untuk mengirim ‘teman’ supaya aku ga bete ;). Jadinya, pas turun pesawat, aku ga perlu repot2 nyari orang BPS Provinsi Kalimantan Barat yang mau jemput aku. Karena bapak2 dari Kota tadi udah keluar duluan dan ketika aku keluar dari bandara, dia langsung melambaikan tangan ke aku dan memperkenalkan teman2 dari Provinsi (Pak Busri dan Pak Sur).

Ketiga, aku dapet hotel yang nyaman dengan view yang menyejukkan mata.

Keempat, ketika tiba makan malam, orang BPS Provinsi itu menjemputku dengan membawa beberapa teman lain dari BPS HQ yang lagi dinas di Ponti. Alamakjannnn, kalo diitung2, ada sekitar 8 orang HQ yang dinas ke Ponti. Yah, beda2 waktu datang dan pulang sih, tapi seneng aja ketemu orang2 yang udah kukenal sebelumnya.

Kelima, besok paginya, ngantor di BPS Provinsi, ketemu Kepala-nya dulu. Ngobrol2 sebentar. Kebetulan aku pernah baca paper yang beliau buat, jadi beliau merasa senang karena ada yang masih mengingat papernya hehehe... Alhasil, obrolan kami lama2 menjadi informal instead of formal.
Setelah itu, seperti biasa melakukan penyuluhan hukum sampai tiba waktu Jum’tan.

Keenam, pas para pria Jum’atan, aku diajakin salah satu staf wanita disitu untuk jalan2 seputar kantor. Jadilah kami ke Rumah Adat Betang dan Rumah Adat Melayu. Sempat terbesit untuk mengunjungi Museum Provinsi, tapi karena Pak Kepala ngajakin kami makan siang, maka dengan berat hati kami balik ke kantor.

Ketujuh, ternyata aku diajakin makan siang di resto yang terletak di area Museum Provinsi... aduh senangnya... tapinya, kok ya ternyata itu museum tutup kalo abis Jum’atan hiks... Alhasil, aku foto2 aja di sekitar lingkungan museum itu.

Kedelapan, usai urusan di kantor BPS Provinsi, Pak Busri ngajakin untuk mengunjungi Equator Monument atau Monumen Khatulistiwa, sebuah tugu di garis 0 yang membelah bagian dunia utara dan selatan. Satu langkah ke kanan dari garis itu udah di belahan bumi utara dan satu langkah ke kiri udah di belahan bumi selatan.
Tugunya sendiri (yang asli) terbuat dari kayu besi (kayu ulin kalo kata penduduk setempat) yang berada di dalam ruangan, dibuat pas jaman pendudukan Belanda. Untuk melindungi tugu kayu itu dari kerusakan, dibuat juga tugu replikanya tepat diatas atap Monumen Khatulistiwa tersebut. Jadilah ada 2 tugu dalam 1 tempat, yang satu di dalam ruangan, yang satu lagi di luar ruangan.

Kesembilan, capek jalan2 di monumen tersebut, kami pindah lokasi ke Istana Qadriyah yang merupakan kesultanan terbesar di sekitar Pontianak. Pas masuk ke lokasi istana itu, haduuuh... itu kok ya terletak di slum area gitu ya, jalannya kecil plus banyakkk banget rumah2 penduduk di sekitarnya lengkap dengan anak2 kecil yang riang berlari kesana kemari tanpa takut ketabrak mobil.
Istananya sendiri, dari tampak luar cukup menyedihkan dan terkesan tidak terawat. Lantai dan tiang2nya sih kokoh banget, secara pakai kayu ulin gitu lhoooo... tapi dinding fasade-nya ga bisa dibilang mencerminkan kalo kesultanan tersebut pernah mencapai masa kejayaan.
Isi istana adalah benda2 jadul yang dirawat seadanya. Singgasananya juga kecil aja. Biasa banget deh (duh, berasa ga tega kalo misalnya aku bandingkan dengan The Mansion-nya Victoria hehehe...).
Kesepuluh, kami diajakin menengok Masjid Raya yang berada di kompleks Istana tersebut. Walau se-kompleks, tapi cukup jauh juga sih dari Istana. Sayang kunjungannya udah malam, jadinya ga bisa melihat kemegahan bangunan itu dengan jelas.
Akhirnya, sisa waktu dalam perjalanan hari itu dihabiskan di seputaran tempat belanja oleh-oleh dan langsung balik ke hotel.
Keesokan harinya, tibalah waktu pulang!
Mampir lagi ke toko oleh2 yang semalam kami kunjungi, berharap si penjual toko mau menjual miniatur tugu katulistiwa dengan harga murah, tapi ga berhasil hiks... Well, it’s okay lah ya, ga masalah... lagian bawaanku udah berat gara2 belanja setup lidah buaya (asli seger dan enak lho... kirain lidah buaya cuman buat memperindah rambut, ternyata bisa dimakan/diminum juga).
Thanks God for this joyful opportunity on this journey ;).

Perjalanan ke Padang

27-29 November 2008, perjalanan dinas ke Padang.
Dari awal, aku malas pergi perjalanan dinas ke Padang. It doesnt the journey I want to do, it doesnt a city I want to visit either. Tapi ‘jatah’ tetap ‘jatah’, dan aku heran kenapa aku ga diperkenankan untuk mengganti daerah tujuan perjalanan dinasku itu. Bukan sebuah intimidasi sih, tapi keadaan tanpa pilihan dan keharusan untuk melakukan sesuatu membuatku ga mood sama sekali untuk menjalani perjalanan itu. Keharusan untuk pergi ke sini, dengan si itu, dan untuk melakukan ini. Semuanya serba harus, coba apa enaknya kalo gitu... Plus lagi, ’jatah’ itu seharusnya bisa fleksibel karena merupakan kegiatan bagianku, tapi karena pengelolanya –entah lagi kenapa, lagi sensi or lagi kepingin jadi diktator- kok ga mau kooperatif, jadilah aku ’korban’ perjalanan terpaksa... Bukannya aku ga bersyukur, tapi aduuuh... please deh, seharusnya kalo aku dikasih pilihan, maka pasti ceritanya lain.

Walau kekesalanku ini cukup membingungkan suamiku tercinta, karena “lho, kan harusnya seneng bisa ketemu sodara2 mamamu di Padang?”, tapi aku berdalih “lah kan aku mau dinas, bukannya mau visit keluarga…”
Yah, akhirnya walau dengan rasa kesal, aku menjalani perjalanan ini.

Berangkat dengan pesawat Garuda sore hari, sampe di Padang udah Maghrib. Makan sate padang, trus langsung ke hotel, but not a good one. Pagi2 dijemput untuk ’kerja’ di kantor BPS Provinsi Sumatera Barat, melakukan penyuluhan hukum seperti biasa.
Break shalat jumat, trus makan siang soto padang di Hotel Muara (karena yang soto garuda tutup hari jumat) dan sempat mampir ke toko oleh2 khas Padang (sanjai, rendang suwir, etc). Sore dianterin pulang ke hotel.
Malem, dijemput ama Om Edi dan makan malam di Semalam Suntuk, menu tambusu tetap jadi favorit. Usai makan, pergi ke rumah Om Edi dan Andung Elok, family visit, mana rumah mereka lagi kena jatah lampu mati pula... bete banget deh.
Esok paginya, jam 6 udah standby untuk ke bandara, dan alhamdullilah itu Garuda berangkat ontime. Lewat tengah hari, I arrived at home-sweet-home lagi ;).
Yah, begitulah, kalo emang dasarnya hati lagi ga senang, perjalanan yang seharusnya menyenangkan itu berasa hambar...

Monday, November 17, 2008

Mendadak Baksos

Seperti yang telah direncanakan ketika acara halal bi halal dengan ibu2 depok, maka jadi juga diselenggarakan acara bakti sosial dengan sasaran anak yatim/piatu dan janda2 yang kurang beruntung.

Pagi2, Sabtu 1 November 2008, aku udah berangkat ke meeting point di Pizza Hut Pesona. Ada Windi, Mba Lita, dan Mba Ita yang kemudian meluncur ke rumah Mba Nia.
Semua kegiatan berawal di rumah Mba Nia di kawasan Pasar Rebo dan langsung dikomandoi oleh Mba Nia. Saweran dari para ibu2 depok telah dibelanjakan sejumlah barang yang berjumlah 20 paket. Isi sembakonya kira2 gini deh (agak2 lupa nih): beras 20kg, minyak goreng 2lt, mi goreng 10bungkus, gula 1kg, bihun, biskuit, telur 10biji. Hmm, apa lagi ya… aku lupa deh. Yang jelas, disamping sembako tersebut, masih juga diselipkan sebuah amplop berisi nominal tertentu.

Ada sekitar 7 anak yatim yang memperoleh sumbangan paket sembako… yah, walaupun mereka belum bisa memasak, tapi at least kan sembako itu bisa dipakai oleh ayah/ibunya untuk bekal memasak selama 2 minggu.

Yang berasa paling menyentuh hati ketika kami bertemu dengan nenek2 renta tapi masih bersemangat melanjutkan hidup di tengah berbagai keterbatasannya.
di rumahnya yang mungil dan hanya beralaskan plur-an semen, sumur di depan rumah yang penuh dengan cucian baju dan piring, dan jemuran yang
bergantungan... wah, ga tega deh ngeliat isi rumahnya. Kami hanya berdiri tertegun di depan rumah si nenek sembari memberikan
paket sembako dan amplop. Si nenek itu terlihat begitu terharu menerima pemberian kami, dan tak henti2 mengucap terima kasih dan mendoakan kami semua selalu panjang umur, supaya 'bisa kembali lagi nengok nenek dan ngasih bantuan ke nenek'... Duh, sedih deh kalo liat kondisinya...

Well, semoga kegiatan bakti sosial ini bisa terus bisa dilaksanakan ya di masa2 yang akan datang... Itung2 sebagai MSR alias Milist Social Responsibility gituh ;).

“Bagaimana ya logika berfikirnya?”

Suatu hari di acara penutupan sebuah loka karya internal, pimpinan puncak kantorku memberikan sebuah ilustrasi cerita yang memilukan hati.
Cerita ini berkaitan dengan tema loka karya tentang perlunya berubah dan mereform organisasi untuk meningkatkan kualitas. Menurut beliau, bukan hanya sekedar produknya yang ditingkatkan kualitasnya, tapi juga SDMnya, termasuk perubahan perilaku dan tindakan.
Beliau mengambil contoh pemandangan yang baru saja dilihat dan dialaminya menjelang acara penutupan lokakarya.
Lokasi di lobi gedung, dengan 4 lift yang semua terbuka dan stand-by, kemudian ada 4 karyawan yang masuk ke tiap2 lift. 1 orang = 1 lift. Alhasil semua lift naik ke atas, dan terpaksalah beliau menunggu seluruh lift itu mengantar orang2 tersebut ke lantai tujuannya.
Pimpinanku berkomentar bahwa, ”Karyawan2 tersebut kok sepertinya tidak punya sense of crisis ya. Kenapa tidak ber-4 aja masuk dalam 1 lift. Kalau tiap2 lift diisi hanya 1 orang kan berarti pemborosan listrik, dan menghambat karyawan lain yang mau memakai lift. Bagaimana sih logika berfikirnya?”
Di sebuah sisi, apa yang dikatakan pimpinanku bisa dibenarkan. 100% right! Bahwa efisiensi itu benar2 harus dilaksanakan, bukan hanya diucapkan dalam percakapan.

Tapi, ada sisi lain dari cerita tersebut.
2 dari 6 gedung yang ada di kompleks perkantoranku, sedang direnovasi. Mungkin lebih dari separuh penghuni 2 gedung itu direlokasi ke gedung yang aku tempati sekarang, termasuk gedung tempat loka karya.
Jumlah penghuni meningkat, kenyamanan kerja terganggu karena kami harus berbagi ruangan, traffic lift semakin terasa, krisis antri di toilet dan krisis penggunaan tenaga office boy juga terasa.
Sementara, ada sebuah gedung yang bagus dan nyaman; sebuah gedung 3 lantai yang penghuni utamanya mungkin hanya sekitar 40 orang, plus satpam, recepsionist, dan office boy. Gedung khusus untuk pimpinan.
Bandingkan dengan gedung yang sekarang aku tempati. 1 lantai bisa ditempati oleh lebih dari 50 orang, plus berbagai ketidaknyamanan yang ada.
Hmm, lalu, seperti judul tulisan ini, ”bagaimana ya logika berfikirnya?”

Maksudku, kalau pimpinan menyalahkan karyawan yang naik lift sendiri-sendiri dan seolah2 tidak punya sense of crisis, bagaimana beliau menjustifikasi ruang kantornya yang lapang dan nyaman sementara beliau tau diluar sana ada karyawannya yang tidak tenang bekerja karena sempitnya ruangan kantor...

AusAID Students Alumni Conference

Grand Melia, 23 Oktober 2008.
Kesempatan ketemu dan reunian bareng temen2 sesama mantan penerima beasiswa dari Australia. Perasaannya senang sekali *halah*, secara biasanya kalo kumpul itu rasanya harap2 cemas akan segala sesuatu yang akan dijelaskan oleh pihak pemberi beasiswa, takut ga bisa berangkat karena visa ditolak, takut ntar ga bisa ngikutin pelajaran dan ga lulus. Banyak deh ketakutan yang muncul kalo ikutan pertemuan dengan pemberi beasiswa.

Tapi kali ini, acaranya adalah alumni conference dan certificate presentation buat para alumni yang baru balik dari studi.
Jadi, ga ada debar2 ketakutan di jantung. Yang ada hanyalah kegembiraan, keceriaan, kebanggaan, dan rasa syukur karena telah bisa menikmati beasiswa dengan baik dan memperoleh hasil yang menyenangkan.
Dari kelas 6m2, yang datang cuma 4 orang, yaitu aku, fika, riyo, dan elfan. Semoga kami bisa berkumpul lagi ber-12 di lain waktu.

Halal bi Halal DI-Depok

Mendadak mba Lilik nelfon aku, “mba halal bi halal yuukk…”
Ajakan tersebut begitu menggoda, sampai ga bisa ditolak hehehe...
Alhasil, Jum’at 17 Oktober 2008, berkumpullah ibu2 yang tergabung di milis dunia-ibu-depok sembari halal bi halal, sekalian itung2 me time gitu deh.
Acara diselenggarakan di Cafe Oh La La, Margo City, after office hours.
Aku dan mba Lilik udah janjian ketemuan di kereta Depok Express. Kami yang datang pertama, disusul mba Era, Windi, Wiken, Lita, Levi plus 2 anaknya, Lytha, Ani dan si ragilnya, Nia, Ita, Ida, dan Rini yang terakhir datang. Ibu2 kok jadi pada cantik2 ya setelah lebih dari 2 tahun ga ketemu... pada banyak yang udah langsing! Wah, jadi semangat pengen menurunkan berat badan juga nih...

Dari ngobrol ngalor ngidul gitu, tercetus ide untuk mengadakan kegiatan bakti sosial.
Mba Nia yang mamanya aktif di dunia sosial sudah punya channel orang2 yang ’kurang beruntung’, yang bisa dijadikan sasaran bakti sosial.
Setelah dirembug (saat itu juga), diputuskan kalo baksos akan diselenggarakan Sabtu, 1 November, dibantu mba Nia tentunya... yah secara kita kan sama2 ibu2 sibuk yang ga sempat survey sana sini, jadi ya pasrah aja dengan data2 orang yang dimiliki mba Nia.

Selebihnya, acara HbH sangat seru. Yang jelas, acaranya ngobrol, ngobrol, dan ngobrol sembari makan dan minum. No jualan tentunya hehehe...
Dasar ya kitanya hobi ngobrol, atau karena masih kangen, atau banyak yang perlu dibicarakan, ga berasa tau2 udah jam 9 malam...
Masing2 ibu juga udah mulai ditelfonin satu per satu ama anak2nya. Termasuk Dhevi yang nelfon aku dan bilang, ”mommy, where are you, when will you home, why are you going home so late….” halah… ya udah deh… time to go home…

Friday, October 24, 2008

Mendadak Mudik

Awalnya sih emang ga rencana mau pulang kampung, karena aku dan Mufti sibuk di kantor dan males berhubungan dengan calo tiket.
Persiapan lebaran di Depok juga udah oke, maksudnya mobil udah di tune-up, kue kering udah ada, baju muslim buat anak2 juga udah ada. Secara lahir dan bathin, kami siap berlebaran di Depok. Seneng malah, karena kalo lebaran di Depok artinya kami bisa leyeh2 sesuka hati sepanjang libur (atau cuti bersama yang dipaksakan selama seminggu).
Menjelang H-2 libur bersama dan kerjaan kantor udah mulai longgar karena banyak orang yang pada mencuri start untuk mudik, aku iseng2 nyari tiket pesawat buat persiapan pulang akhir tahun. Ndilalahnya, pas nge-klik cari pesawat tanggal 29 September (H-2 lebaran), kok ya dapet tiket pesawat Garuda – Citilink yang reasonable price rute Jakarta – Surabaya - Jakarta. Tanya Mufti, katanya oke2 aja kalo mudik ke Malang pake pesawat.

Setelah melakukan booking online, bayar2 pake kartu kredit hasil minjem temen, nge-print konfirmasi schedule, malemnya aku telfon ke mama-papa untuk kasih tau rencana mendadak mudik.

Lumayanlah, berangkat senin siang dan balik jumat sore. Ga perlu repot2 cuti, dan yang terpenting... ga perlu repot2 kena macet akibat arus mudik.

29 Sept 08
Pagi2, sebelum ke airport, jemput kakaknya Mufti dulu, secara mau minta tolong dianterin ke airport plus sekalian nitip mobil.
Di airport nunggu 2 jam-an, on time kok departure time-nya.
Sampai di Surabaya, telfon travel langganan, dan langsung bablas ke Malang.
Ga macet, lewat Porong juga baik2 aja, ga terjadi kemacetan akibat lumpur lapindo.
Sesampainya di Malang, haduhhh... panas bo, walaupun ga sepanas Depok tentunya. Tapi tetep aja berasa bahwa Malang sekarang ga se-fresh –at least- 9 tahun yang lalu.
Acara di rumah, standard aja... ngobrol ngalor ngidul ama ortu.
Wisata kuliner terpaksa harus dibatalkan, karena tempat makan tujuan lagi tutup atau si warung malah lagi penuh-se-penuh-penuh-nya. Tempat jualan oleh2 langganan juga tutup, alhasil beli kripik tempe merek yang ga biasanya, rasanya berasa obat pengawet. Tapi it’s okay lah, secara mamaku kan masak segala makanan yang aku suka hehehe... walah, kayaknya resolusi menurunkan berat bada
n bisa batal deh...

Tapi yang menyenangkan adalahhhh... lagi musim buah mangga. Jadilah kami mengadakan mango party setiap malam. Dari mangga gadung, mangga manalagi, mangga harum manis, semuanya manis dan lezat, plus buahnya besar2. Yang jelas, kami merasakan nikmatnya makan buah berkualitas dengan harga yang memadai (dibandingkan harga mangga di Depok yang sekilonya bisa 2x lipat).

30 Sept 08
Sore2 H-1, diisi dengan buka puasa bersama ortu dilanjutkan dengan ngirim sms ke semua teman yang ada di phone book.
Malem setelah buka puasa dan beres2 rumah, sempat nongkrong di warung bakso di depan rumah. Temen mainku dari kecil, ternyata udah 2 tahun terakhir ini menekuni bisnis kuliner. Kemarin2 jualan gudeg, sekarang nambah menu jadi ada bakso.
Makan2 sekalian curhat2an, maklum, lama ga ketemu, tau2 dia punya anak udah 5. Haiyaa... 5 orang gitu bow... hari gini di kota besar punya anak 5 kan refffot... eh, tapi tergantung orangnya juga sih ya, secara temen kantorku malah ada yang punya anak 6 orang.

1 Oct 08
Lebaran, shalat Ied di lapangan deket rumah. Ketemu tetangga, temen2 masa kecil berikut anak2 mereka. Wah, emang time is flying ya kalo melihat betapa cepat kehidupan berubah.

Buatku, malah berasa lebih sepi, karena ga ada kakakku yang nomer 1 (secara dia mudik ke rumah mertuanya di Banjar), juga karena kakak kedua-ku yang telah tiada. Kebayang deh, kalo aku ga mudik, wah, itu rumah berasa sepi banget ya pas lebaran.
Saudara2 yang datang juga masih standard seperti yang dulu.
Tradisi sajian rendang padang juga selalu tersedia.

2 Oct 08
Kunjungan balasan ke beberapa rumah saudara. Sempat jalan2 juga ke Mal Olympic Garden, mal terbaru di Malang yang didirikan di atas bekas lapangan tenis deh kalo ga salah. Letaknya di sebelah Stadion Gajayana yang warna cat-nya alamakjannn heeejooo koneng merah, norak abis deh pokoknya.

3 Oct 08
Pagi2 sempat nyekar ke pusara kakak. Ketemu lagi ama saudara2 yang juga nyekar. Pemakaman umum sih, tapi secara cukup banyak leluhur yang telah berpulang dimakamkan di situ, maka jadilah ada sebuah kompleks kecil pusara khusus keluarga Sarengat.
Setelah itu siap2 pulang deh.
Pesan travel jam 1 siang, jam 1230 udah dijemput. Alasannya ’takutnya macet’ di jalan. Halahhhh... secara aku tuh udah familiar ama jalur Malang-Surabaya dan yakin banget kalopun macet itu masih bisa jalan 70km/jam, agak2 surprise dengan alasan itu.
Ternyata benar dugaanku.... Yang dianggap ’macet’ ama si sopir itu adalah perjalanan yang biasa2 aja kalo dibandingkan perjalanan sepanjang Jalan Margonda, Depok.
Kalo yang lengang gitu dibilang macet, gimana si sopir itu nyetir mobil di Jakarta ya... udah nyerah duluan kaleee... Dalam jangka waktu 2 jam, aku udah sampe di airport Juanda, Surabaya. Normal kan untuk jarak tempuh 90km = 2jam, ga macet2 banget gitu maksudku, dibandingkan Depok – Jakarta yang 30km = 2jam hehehe...

Setelah lama menunggu selama 3 jam, perjalanan dilanjutkan dengan penerbangan tanpa delay (cuman telat dikit sih hehehe). Sampe Jakarta masih belum jam 8 malam. Langsung pakai taxi ke rumah kakaknya Mufti di Bintaro, ngobrol2 sebentar, trus pulang deh ke Depok.

Overall, menurutku, ini adalah mudik lebaran yang paling menyenangkan... secara ga kena macet di perjalanan, tarif pesawat yang reasonable, dan tentu saja, anak2 yang tidak rewel selama perjalanan. Alhamdullillah, semuanya lancar.
Mungkin ini ya hikmah jadi orang sabar dan pasrah hehehe... seandainya aku dulu maksa mau naik kereta Gajayana dan beli tiket melalui calo, wah... pasti nyesel deh (secara mahalll dan menempuh waktu yang bisa 18 jam sekali jalan).

Terakhir, aku tetep berharap tahun depan bisa mudik lebaran pake pesawat lagi, dengan reasonable price tentunya!

Thursday, September 25, 2008

ramadhan 1429H

ada beberapa hal yang bisa dicatat untuk ramadhan tahun ini.
pertama, dhevi dan deana mulai ikutan sahur dan puasa. ga tiap hari sih, cuman kalo weekend aja. dari yang mereka ikutan sahur itu, dhevi baru bisa 1 hari aja full, sementara deana seringkali buka puasa jam 12 siang. ga apa2 lah, itung2 belajar...

kedua, jam kantor jadi agak longgar. tetep sih absen masuk jam 730, tapi boleh pulang jam 15. pada kenyataannya (sehubungan boss yang tidak pernah marah2 sepanjang bulan ramadhan), seringkali aku malah dateng lebih lambat ke kantor. tapi ya ampun... load kerjaannya kok banyakk banget ya. 3 kerjaan pokok yang sangat menyita waktuku adalah masalah remunerasi pns, kasus gugatan kriteria kemiskinan, dan tim peningkatan kapasitas statistik. sampe2 ga sempet mau jalan2. yang biasanya seminggu sekali berkunjung ke pasar baru, sekarang udah masuk hari ke-25 puasa juga ga sempat ke pasar baru. kayaknya ini rekor terlama ga ke pasar baru.

ketiga, anak2 juga sekolahnya asal2an. jam 8 masuk, jam 11 udah pulang. dipikir2, rugi deh bayar uang sekolahnya, secara udah mahal tapi waktu belajarnya dikit banget...
tapi kayaknya banyak sekolah yang berbasis islam mengurangi waktu belajar mengajar.
kalo ada peneliti yang bilang bahwa 'berpuasa tidak akan mempengaruhi aktivitas', maka kenapa itu peneliti ga presentasi hasil penelitiannya ke sekolah2 islam seperti sekolah anakku ya? biar ga usah terjadi pengurangan waktu dan kualitas belajar.
deana mulai ikutan les kumon, ajaibnya, dhevi langsung semangat ngerjain kumon. yang biasanya pake diomelin dan waktunya lama, begitu deana ikutan kumon, terjadi perubahan sikap belajar dari dhevi. dhevi jadi bisa konsentrasi dan ngerjainnya lebih cepat dari biasanya. yah, secara mereka ga puasa, jadi ya baik2 aja sih... tidak mempengaruhi aktivitas berfikir.

keempat, aku memutuskan untuk tidak mudik ke malang.
mau pakai kereta, ga dapet tiket di gambir. konon kabarnya loket buka jam 7 pagi dan melayani pemesanan tiket untuk H-30. ternyata ketika aku datangi, jam 8 pagi itu seluruh tiket udah sold out. padahal harganya juga dinaikin hampir 100%.
well, secara semua rakyat indonesia kaya raya dan gemah ripah loh jinawi, pada dibeli deh itu tiket walau harganya 2x lipat dari harga normal (bahkan 4x lipat kalo lewat calo).
jadinya, merayakan lebaran di depok saja.

hmm, apa lagi ya...
kayaknya itu dulu deh yang teringat.
yang jelas, harapannya untuk ramadhan ini bisa menjadikanku menjadi orang yang lebih baik aja kalieeee... kriteria 'lebih baik' itu kan absurd dan subjektif, jadi moga2 orang lain bisa menganggap kalo aku jadi orang yang lebih baik dibandingkan saat pertama mereka mengenalku.

Napak Tilas dari Stasiun Jakarta Kota ke Tanjung Priuk

24 Agustus 2008

5am

Bangun pagi2, rebus air buat mandi, shalat, trus leyeh2 sembari nunggu rebusan air panas.

530

Mandi dan siap2 menuju stasiun. Deana ikutan bangun, jadilah ngurusin Deana dulu, kemudian Deana ikut ngantar aku ke stasiun.

615

Sampai di tempat penitipan motor, jalan ke stasiun, beli tiket KRL ekonomi, nunggu bentar di peron. Ga lama kereta datang.

Kereta penuh dengan ibu2 dan bapak2 yang berpakaian putih2. Oalah, mereka niat mau ikutan dzikir di masjid Istiqlal. Yah, alamat berdiri sampe di Stasiun Juanda deh... Tapi engga ding, setelah Pasar Minggu aku dapat duduk kok.

730

Kereta sampai di Stasiun Kota. Foto2 landscape Stasiun Kota. Menuju ke Ruang Humas PT KA Jabodetabek.

Ketemu Erwin (after soooo long), Aims, Imat, dan banyak lagi wajah2 baru dari milis KRL-Mania yang baru kukenal saat daftar ulang sebagai peserta Napak Tilas.

750

Baris sesuai group. Briefing dari Pak Dirjen (lupa deh Dirjen apaan).

Dijelaskan bahwa tujuan Napak Tilas adalah untuk melihat kondisi nyata rel kereta (dan kehidupan di sekitar rel, tentunya) antara Stasiun Jakarta Kota dan Tanjung Priuk dan memberikan sosialisasi pada masyarakat yang tinggal di sepanjang rel bahwa lintasan tersebut masih diperlukan (yang kasih sosialisasi tentu saja dari PT KAI, kita sih penggembira aja).

Rencananya, jalur Kota – Tanjung Priuk akan dibuka kembali di tahun 2009, sehingga perlu mensosialisasikan dan menertibkan penduduk yang berada dan tinggal di pinggir rel tersebut.

805

Napak Tilas dimulai.

Rute yang ditempuh: Kota – Kampung Bandan – Ancol – Tanjung Priuk.

Cuma ada 2 pos: Pos Stasiun Wisata Ancol dan Pos Stasiun Tanjung Priuk.

’Hanya’ 4 stasiun yang dilewati dengan jarak tempuh 8.1km.

Udara panas.

Jalanan rel yang dilewati sangat padat dengan penduduk dengan suasana yang kumuh dan bau tidak menyenangkan. Tapi herannya mereka yang duduk2 di depan rumah mereka yang benar2 dipinggir rel itu, happy2 aja tuh, malah banyakkk banget anak2 yang pada lari2 kesana kemari dengan jeritan kegembiraan khas dunia anak2.

930

Sampai di Pos Stasiun Wisata Ancol. Rehat sebentar, dengan ditemani risol yang rasanya asin. Aims menawarkan untuk melanjutkan perjalanan dengan menumpang Kopaja/Metro Mini yang langsung ditolak oleh segenap warga milis KRL-Mania.

940

Melanjutkan perjalanan ke Pos Stasiun Tanjung Priuk.

Sepanjang jalan, disuguhi pemandangan yang tidak jauh berbeda dengan perjalanan dari Stasiun Kota – Ancol, tambahannya adalah banyaknya kambing yang hidup di sepanjang lintasan rel kereta. Sepertinya kambing2 itu dipelihara oleh penduduk yang memang tinggal di pinggir rel. Hmm, live even harder if you must share your house with goats. Kambing2 itu, tentu saja, kesulitan mencari rumput segar. Sebagai gantinya, mereka mengais makanan di tempat2 penimbunan sampah yang tidak sulit dijumpai sepanjang jalan.

1000

Berhenti sebentar, sembari melihat penggusuran yang dilakukan oleh aparat PT KAI kepada penduduk yang menghuni lahan di pinggir rel. Antara kasihan dan hasrat untuk menegakkan hukum bagi kepentingan masyarakat. Semoga penduduk2 liar itu juga bisa memahami keinginan PT KAI untuk bisa memberikan pelayanan yang lebih baik.

1010

Jalan lagi. Sepertiga nafas...

Melintasi jembatan yang rusak, bukannya takut akan jatuh ke air, tapi merasa jijik aja kalau memang ternyata harus kecemplung ke air yang hitam, kotor, dan bau.

1050

Sampai di Pos ’bayangan’, dimana ada seorang petugas PT KAI yang membagi2kan kupon door prize.

1105

Yippieee... Akhirnya sampai juga di Stasiun Tanjung Priuk. Genap sudah perjalanan kakiku sepanjang 8.1km ini yang menempuh waktu kurang lebih 3 jam.

Gambaran umum stasiun: arsitektur yang oldies, peninggalan Belanda, 6 jalur. Layak-lah jadi stasiun yang aktif.

1115

Makan siang dengan nasi kotak. Menu masakan Padang. Semua makanan terasa nikmat dimakan kalau perut lagi lapar. Setiyo dari milis KRL-Mania mengisi kekosongan waktu dengan membaca puisi.

1120

Ada kereta masuk. Kereta tersebut disediakan untuk mengangkut para peserta Napak Tilas kembali ke Stasiun Kota. Thanks Goddd, jadi kita ga perlu balik dengan berjalan kaki.

1130

Pemutaran film dokumenter tentang Stasiun Tanjung Priuk. Siapa sangka kalau stasiun ini dulu adalah stasiun transit para bule londo yang mau pulang mudik pakai kapal api.

Sekarang, kondisinya menyedihkan, karena memang tidak terawat dan tidak dipakai secara optimal.

1145

Bagi2 door prize. Hadiahnya tiket abonemen KRL AC Ekonomi untuk bulan September (10 buah), tiket Argo Gede (2 buah), dan tiket Argo Bromo (1 buah). Seperti biasa, karena bukan garis tanganku sebagai pemenang gratisan, aku ga dapet door prize.

1200

Penutupan.

Menumpang kereta untuk balik ke Stasiun Kota.

Rute yang ditempuh: Tanjung Priuk – Rajawali – Kemayoran – Senen (berhenti 20 menit) – Kemayoran (lagi) – trus bablas ke Kota.

1300

Mengakhiri perjalanan di Stasiun Kota.

In general, I’m happy to do Napak Tilas, but if somebody asks me to join in again, maybe I better to say no… hehehe...

Dengan menumpang mobil Teguh, aku melanjutkan perjalanan ke Bintaro, ke rumah mertua, dimana Mufti, Dhevi dan Deana beserta seluruh saudara2nya Mufti lagi kumpul2 menjelang puasa. Ngobrol2 sana sini, back to Depok jam 1800, mampir Indomaret buat beli roti untuk bekal sekolah 2D, dan akhirnya sampai di rumah lagi dengan selamat jam 20an.

Hmm, what a long day! Thanks God, because He gives me strength and health that makes my activity runs well.

Tuesday, August 19, 2008

pilek melulu...

bersin2 di pagi hari merupakan bagian tak terpisahkan dari hidupku, at least (sepanjang aku mampu mengingat), sejak deana lahir, berarti udah lebih dari 4.5tahun.
saat itu aku selalu bersin, kadang disertai sakit kepala dan lendir di hidung, kadang2 kering.
kadang cuma sampai jam 7 pagi, kadang sampai siang, kadang juga sehari-semalam.

dulu, pakai aromaterapi. mantep lah. frekuensi bersin berkurang.
kupikir faktor udara buruk yang masuk ke sistem pernafasanku mempengaruhi daya tahan tubuh, and yes, it is true!
tapi kok ya jadi berasa ketergantungan ama aromaterapi ini ya.
sewaktu aku ga pakai lagi, maka bersin2 itu kembali menyerang hidungku. duh, ga enak banget deh rasanya.

ke dokter tht yang notebene sodaranya temanku, kata beliau aku baik2 aja, cuman perlu banyak istirahat dan makan2an sehat. kupikir2 mungkin saat itu aku kecapean karena keseringan berdiri di kereta hehehe... jadi, emang capek ;).
dikasih obat penambah daya tahan tubuh, dan cuman bertahan beberapa bulan.
trus... bersin2 lagi!

ketika kursus di ialf, dan menjelang ujian ielts, aku ga mau gagal ujian gara2 sakit bersin.
huntinglah aku dokter alternatif.
dapet! dr. joni di pondok cabe, yang direkomendasikan oleh kakak iparku, konon kabarnya spesialis tht yang juga mendalami ilmu herbal.
datanglah aku ke situ, dan menurut beliau, aku baik2 aja... idem seperti dokter tht terdahulu... aku capek dan perlu istirahat. well, iya sih, capek mikir kalo sekarang, kataku dalam hati.
oleh dr. joni, aku dikasih obat2 ramuan herbal yang harus direbus sampai mendidih dan diminum sehari 3x, selama 1 bulan penuh. rasanya alamakjannn, pait banget.
tapi it works... at least selama 8 bulan... dari februari sampai september 2006, aku bebas dari bersin. padahal juni 2006 kan aku mengalami cuaca buruk alias dingin banget antara 4-14 derajat celcius di melbourne, tapi amazingly, aku ga bersin2!

tapi, sejak oktober 2006 sampe agustus 2008, aku kena bersin2 lagi.
ke dokter kampus (dokter umum sih) katanya aku baik2 aja kok. alergi rinitis. baru kali ini ada dokter yang mengatakan aku kena alergi. katanya sih daya tahan tubuhku emang kurang oke, jadi kalo kena perubahan cuaca, tubuhku mudah sakit. oh iya sih, masuk akal... melbourne bulan oktober mulai spring dan udaranya ga jelas... kadang panas kadang dingin berangin... suka2 cuacanya deh, jadinya badanku yang kena imbasnya.
dikasih obat semprot hidung aja, hope it works katanya hehehe...
eh, ternyata engga tuh... yang ada hidung malah tambah gatel kalo aku semprotkan obat itu.

berulang kali ke dokter kampus, 3 kali deh.
yang ke-2, dia masih kasih obat semprot, yang dosisnya lebih tinggi dari yang pertama.
ga ngaruh juga.
yang ke-3, akhirnya dikasih pil. it works... at least, aku ga bersin2, dan tugasku yang due ketika aku mengkonsumsi obat itu, dapet H1! hehehe... tau gitu dari dulu2 ya pake obat2an.
tapinya, kok ya lama2 aku bosen konsultasi dan tergantung ama obat.
dina, another soulmate, menyarankan supaya aku minta foto rontgen ke dokter tht. tapi ga sempat, secara aku sibukkk banget menjelang2 mau pulang ke indo.

setelah pulang ke indo, bukannya tambah oke, tapi teteup bersin2.
idem seperti dulu... kadang cuman sebentar, kadang sampai seharian.
karena ga konstan gitu, makanya aku males mau konsul ke dokter. sempat pas ada serangan bersin dan sakit kepala, berniat mau ke dr. joni, kok ya ternyata dr. joni-nya sakit juga. batal deh. sampe bersinnya hilang sendiri, kambuh, hilang lagi... gitu terus deh.

temen kantor merekomendasikan dokter tht lain. ya udah lah, secara udah bosen bersin2 dan bawa tisu kemana2, akhirnya aku turutin juga visit ke dokter tht itu.
awalnya aku ga tau kalo yang dirujuk ama temanku itu rs tht prof. nizar, juga dokter yang oke siapa, aku juga ga tau.
pas booking, aku cuman bilang, 'pokoknya saya mau dokter yang paling laris aja deh', dan sampailah aku ke ruang kontrol dr. nuty minggu lalu.
sekaligus konsul kuping yang mendengung, trus dr. nuty memeriksa lubang hidung, lubang kuping, dan tenggorokan.
kesan2nya:
1. kuping oke
2. hidung alergi
3. tulang hidung agak bengkok ke kanan
4. amandel membesar
ga ada tanda2 kena sakit sinus, tapi untuk meyakinkanku, aku disuruh foto rontgen hidung.

dan finally, setelah foto itu, baru ketahuan kalo memang tidak ada penyakit apa2 di hidungku.
bersin2 itu lebih karena daya tahan yang buruk, seperti gizi kurang seimbang dan ga pernah olahraga.
obatnya, totally the same brand ama yang dikasih ama dokter umum yang di melbourne teak, yaitu clarinase! dalam hati aku pikir, apa dokter2 di luar negri itu diajarin mengobati dengan obat para spesialis di indonesia ya? hmm, ya sudah lah, yang penting kan udah ketahuan bahwa sebenarnya aku baik2 aja. malah, harusnya bersyukur, kalo udah mulai merasa capek, maka tubuhku akan langsung berkata capek melalui bersin.
jadi sekarang, tiap kali aku bersin, maka itu tandanya aku lagi capek dan kurang olahraga!, bukan karena aku penyakitan hehehe...

liburan ke ancol

sebenernya sih not really liburan.
mufti ada acara rapat pembahasan apaaa gitu di mercure ancol, rapat 2 hari, penutupannya pas hari sabtu siang, 9 agustus 2008.
nah, sabtu siang itu aku dan 2D berangkat dari depok, mau memanfaatkan ruang hotel yang udah ga terpakai tapi udah terlanjur dibayar (alias ga bisa refund gitu).
perjalanan nyetir pertamaku yang jauh nih, secara biasanya paling nyetir dari rumah ke pasar depok doang hehehe...

berangkat jam 14, lewat margonda yang macettt (huihhh, masa melewati ujung margonda ke ujung yang lain mencapai 50 menit! apa aku yang ga pinter nyetirnya ya, ga mau slonong kiri slonong kanan). dan, sampailah kita di ancol jam 1615.
sesampai di kamar, beres2 sebentar, trus anak2 langsung ngajakin main air alias berenang di kolam renang hotel, sampai maghrib menjelang.
seusai maghrib, mandi, trus kita pergi mencari makan malam.
menyusuri jalanan ancol, kok penuh ya, mau parkir susaaaah banget. menyusuri jalan gunung sahari juga sama aja, macet.
akhirnya, diputuskan makan di ayam presto ny. nita yang di dekat kantor bps (halahhh, standard banget deh). tapi ya gimana lagi, abis ga tau rekomendasi makanan yang enak di sekitar jakarta utara gitu... takutnya dapet ikan yang ga segar dan ber-mercuri, kan jadi berabe, jadi mending ke tempat makan yang kita udah tau kualitasnya (secara bawa anak2 gitu lho...).

pulang balik ke hotel, udah jam 10 malem.
nginet sebentar, trus tidur jam 11, bangun lagi jam 5. ga tau nih, kok kupingku bunyi mendengung kalo subuh, jadi ga nyenyak gitu deh tidurnya.
anak2 bangun jam 630, gosok gigi, siap2 sarapan.
suasana sarapan di hotel... hmmm... aku deskripsikan sebagai suasana yang tidak ada tanda2 krisis. makanan berlimpah, bahkan beberapa orang sengaja tidak menghabiskan makanan yang ada di piringnya (tapi masih ngambil piring isi makanan yang lain). pokoknya hebat banget deh semangat makannya orang indonesia!

abis sarapan, kami jalan2 menyusuri pantai yang pasirnya hitam ;).
naik perahu layar juga ke tengah laut, muterin gitu aja kok... paling cuman 10 menit hehehe... (lah, yang penting kan udah berasa berlayar ke tengah laut).
seusai berlayar, swimming time (again!).
duh, anak2 tuh kok ya senang banget ya mainan air...

selesai main air jam 10, kita langsung siap2 mau check out dari hotel.
rencana sih, mau lanjut jalan2 ke jakarta old city, tapi apa daya, begitu sampe di mobil jam 1230, deana kok ya langsung tidur di jok belakang.
lah, terus mana acara liburannya ya?
hehehe... ini sih bukan acara liburan ya berarti, tapinya acara pindah tidur aja!
jadi ya... langsung pulang aja deh ke depok. lain kali deh jalan2 keliling museum di jakarta old city ;).

masjid kubah emas

secara ada eyang-kung dan putri-nya 2D yang lagi liburan ke depok, maka pergilah kita sekeluarga ke tempat wisata rohani masjid kubah emas yang ada di meruyung, dusun limo, depok.
dari rumah kami ga terlalu jauh sih, paling 20 menit juga sampai kok.

pas masuk kompleks masjid, haduuuuh... berasa di padang pasir kalie, alias garing dan panas.
masjid-nya ada di tengah2 halaman yang luassss banget itu, yang konon kabarnya 60hektar!
(harusnya pake foto nih, tapi ntar deh ya kalo file-nya udah dipindah ke cd. lagi parno pake usb, kena virus melulu).
masjidnya gede lah, bagus (masih relatif baru sih ya, paling belum sampai 3 tahun).
tempat masuk jamaah cewek dan cowok dipisah, alhasil ga seru deh foto2annya hehehe...

anak2 boleh masuk ke halaman masjid, tapi petugas melarang anak2 ikutan masuk ke dalam ruangan masjid dengan keyakinan karena anak2 itu ga bakal shalat dan bakalan bikin ribut aja. hmm, gimana mau cinta islam ya kalo masuk ruangan shalat aja ga boleh... bukankah anak2 itu akan lebih tergugah hati sanubarinya kalo dibiasakan masuk ruang shalat sedari kecil.
ya sudah, berbekal rasa kecewa karena ga boleh masuk (lah iyalah, ngapain masuk ruang shalat kalo anak2 ga boleh dibawa masuk!), alhasil, kita jalan2 di sekeliling masjid yang lantainya panas hehehe... yah, secara ga boleh pake alas kaki gitu lho, jadi nginjek lantai berasa panas.
haduh, kok kayaknya ceritaku ga ada yang asyik ya dari kunjungan ke masjid kubah emas ini?
apa aku yang kurang menghayati indahnya arsitektur masjid?

tapi yang jelas sih, yang bikin bad mood banget2 adalah ya itu tadi, anak2 ga boleh masuk ke ruang shalat dan lantai yang panas!
coba kalo anak2 boleh masuk ke ruang shalat, mungkin lantai panas juga bisa mendinginkan hatiku hehehe...
karena ga banyak yang bisa dilihat dan dinikmati (pemandangan selebihnya adalah ribuan jamaah yang menyemut di area masjid dan pada makan dan minum sesuka hati, kadang juga nyampah sembarangan), maka akhirnya kita cuman foto2 aja di area masjid.

eyang-kung dan putri tentu saja senang... secara udah bercita2 untuk foto2 sepuasnya biar bisa cerita ama temen2 di kampung halamannya hehehe...
oh iya, kalo eyang yang cerita, mungkin bakal lain deh ya narasinya, secara kan mereka emang jauh2 datang dari malang ke depok dan berkesempatan liat masjid kubah emas.
hmm, harusnya aku mulai belajar untuk memandang suatu masalah dari berbagai sudut pandang ya ;).

ke cirebon & kuningan

tugas luar lagi, 16-20 juli.
kali ini ke kuningan. acara penyuluhan hukum.
secara ga ada kereta yang langsung ke kuningan, maka transitlah aku dan teman2 di cirebon untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan bis hotel yang sudah menanti di halaman stasiun.
sempat ketemu rofii, soulmate pas di unimelb, dan ngobrol2 sebentar.
sayang rofii sibuk ama hal2 yang ga jelas, jadi ga mau ikutan ke kuningan.

kuningan sih dingin dan berangin pas malam, panasss pas siang; serasa melbourne in autumn hehehe... kami nginep di hotel tirta sanita yang berada di bawah kaki gunung ciremai.
perasaanku nih, kayaknya ada yang aneh deh kalo aku pergi tugas luar dan menikmati keindahan alam tanpa ada keluarga. jadi ya kesannya biasa2 aja.
apalagi ketambahan tugas kantor yang kudu cuap2 kasih penyuluhan, yang sebenernya bahan udah basi tapi implementasinya belum 50%!

di depok sendiri, dhevi dan deana udah sekolah tiap hari.
dhevi SD kelas 1 dan deana TK-B.
pas aku ke cirebon dan kuningan, eyang-kung dan putri-nya 2D pada datang ke depok.
ga asyik banget kan... aku tugas luar ke cirebon sementara ada keluargaku yang lengkap berkumpul di depok.
kesimpulannya, pokoknya tugas luar yang lebih dari 2 hari tanpa bisa bawa keluarga itu nyebelin deh. apa ya, sense-nya ga dapet gitu lho. apa karena aku belum biasa pergi2 tugas luar ya? hmm, barangkali... well, moga2 besok2 ga pake acara tugas luar lama2 deh ya...

dhevi udah SD

wah, sebenernya ini cerita basi, secara dhevi masuk SD-nya sudah dari bulan juli kemarin.
tapi ga apa2 deh, review perjalanan dan perjuangannya dhevi masuk SD kan belum basi hehehe...

jadi nih, begitu awal januari 2008 aku dan mufti mendaftarkan dhevi ke SDIT Al-Muhajirin di Depok (yang kalo dari rumah 3km-an, tapi bisa 15 menit kalo macet), langsung ditolak mentah2 ama kepala sekolahnya. eits, ga mentah2 sih, tapi apa ya... ya ditolak deh pokoknya untuk bisa masuk jadi siswi kelas 1 (padahal kan di Brunswick South West Primary School, dhevi udah kelas 1 lho).
alasannya:
1. dhevi ga bisa bahasa indonesia aktif. boro2 nulis, baca juga ga bisa.
2. dhevi ga punya raport semester 1. ya iyalah... di BSW PS juga raport-nya ga pake angka, cuman tulisan dan catatan2 gurunya aja.
3. dhevi ga bisa baca tulis dan menghafal surat2 pendek al-qur'an.
in a short word, itu kepala sekolah menganggap bahwa dhevi akan jadi trouble maker deh kalo dimasukin ke kelas 1.

berusaha untuk sabar, walaupun jengkel, akhirnya dhevi ikutan kursus bahasa indonesia sekaligus kursus ngaji, dengan seorang guru di sekolah yang sama.
eh, giliran test gelombang pertama, dhevi ga lulus test, secara emang bahasa indonesianya juga belum mahir2 banget.
nyebelin banget deh pokoknya!
akhirnya pas test ke-2, baru deh lulus test.
dan, pertengahan bulan juli kemarin itu, mulailah hari pertama dhevi masuk sekolah.

moga2 aja pilihanku dan mufti memasukkan dhevi ke sekolah itu ga salah ya.
wish that dhevi can adapt her new environment of school, yang pastinya beda banget ama atmosfir pendidikan di BSW-PS.

Wednesday, July 02, 2008

volunteer open day

setelah setengah tahun nge-blog tanpa foto, akhirnya ada juga foto yang launch di blog ini.
foto ini diambil tanggal 31 mei 2008, dalam acara open day melbourne university di four seasons hotel, jakarta.

dalam acara itu, ada beberapa alumni yang ditawari untuk jadi volunteer yang bertugas menjelaskan berbagai aspek pendidikan di melbourne uni, berikut suka duka selama jadi student... yah itung2 live model gitu, biar para pengunjung yang datang itu bisa langsung melihat output dari pendidikannya melbourne uni.
dalam acara open day itu, sekaligus juga ajang reuni untukku, dina (berdiri disebelah kananku), madzae (sebelah dina), dan glen (dibelakangku). yang lainnya adalah alumni dari berbagai angkatan yang lebih senior.
walaupun capek seharian berdiri dan menjelaskan berbagai program studi di melbourne uni, tapi senang dong ketemu temen2 lama dan baru plus dapet gretong t-shirt melbourne uni ;).

berita sedihnya, salah satu dari volunteer tersebut, yaitu susika (berdiri, ke-3 dari kanan), mengalami kecelakaan dengan pesawat cassa 212 minggu lalu ketika sedang mengemban tugas dinas. selamat jalan ya mba, semoga arwahmu tenang di alam yang kekal... walaupun baru sekali ketemu pas open day, tapi kebersamaan yang cuma sesaat itu sungguh menyenangkan.

pengunjung dalam acara open day ini mayoritas orang2 yang concern ama pendidikan dan masa depan mereka (dan tentu saja dari golongan orang2 kaya yang ga terpengaruh ama kenaikan harga minyak dunia). bahkan ada sepasang orang tua yang anaknya baru berumur 11 tahun tapi udah mencari2 universitas yang bagus untuk anaknya tersebut. walah, kalo orang miskin penerima bantuan langsung tunai sih boro2 mau nyari uni buat anaknya yang masih 11 tahun, bisa makan tiap hari aja udah syukur.
tapi ya itu deh gambaran kontras di indonesia, kalo yang kaya ya makmur banget, kalo yang miskin ya bener2 nelangsa deh hidupnya.

hikmah sekolah

seusai tugas belajar dan balik lagi ke depok, diiringi kegembiraan yang meluap-luap (hiperbol mode on), aku menghubungi hampir seluruh teman2 lamaku. sekedar basa-basi bertukar kabar atau ada misi khusus untuk beberapa orang yang aku hubungi. seperti misalnya si X yang dari dulu selalu meremehkan kemampuan berfikirku, yang ketika ketemu akhirnya hanya sekedar haha-hihi aja, tanpa memberikan kritik atau sanggahan apapun, seperti yang biasanya dulu dilakukan. ya sudahlah, mengutip kata pembimbing kejiwaanku, ‘mungkin begitulah cara2 orang inferior untuk survive’.

tapi pembicaraanku dengan seorang teman lama yang sudah senior, membuatku harus selalu teringat dengan ilmu padi, yang semakin merunduk ketika ‘isi’nya semakin penuh. setelah bertukar kabar, temanku itu sempat bertanya (so far belum pernah ada yang menanyakan hal ini ke aku), ‘apa sih hikmahnya sekolah lagi buat kamu?’
wah, banyak dong hikmahnya… yang jelas sih mikirnya jadi lebih kritis dan multi dimensional, lebih ekspresif, lebih dekat ama keluarga, dll dll deh, but above all, yang jelas hikmah yang paling mendalam yang bisa diambil adalah… pentingnya teamwork dalam sebuah keluarga untuk mencapai tujuan.
teman seniorku itu menyatakan suka-cita-nya ketika aku mengatakan hal tersebut. mungkin aku masih terlalu muda ya untuk mengerti kenapa temanku itu begitu senang mengetahui kalau aku tidak ‘melupakan’ peran keluarga.
dalam pandangannya, beliau menganggap bahwa aku sedang mengalami proses transformasi untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, yaitu perempuan yang selalu menghargai suami and put family before everything.

tapi kalo dipikir2 lebih lanjut, memang benar kok kalo kebahagiaan dalam keluarga itu bisa menentukan keberhasilan kita di luar rumah. seingatku, waktu aku mau melamar beasiswa ke luar negeri dan mufti menyatakan ga mau ikut menemaniku sekolah, maka sekeras apapun usahaku dalam memperoleh beasiswa, hasilnya ga tembus juga. tapi begitu mufti bersedia menemaniku, terlepas dari jurusan/uni/negara apa yang aku pilih, ajaib-nya jalan untuk dapat beasiswa itu ada lho, dengan restu Tuhan tentunya.
jadi kesimpulanku, apapun yang akan aku lakukan, jangan lupa minta persetujuan suami!

8 tahun berlalu

entah kenapa, kok ya aku tiba2 teringat saat pertama ketemu mufti. oh iya, aku ingat! ini pasti karena aku ketemu mufti untuk yang pertama kali tanggal 1 juli, 8 tahun yang lalu. hmm… time is really flying, ternyata udah 8 tahun berlalu sejak pertemuan pertama itu… and look how far we have came!
berawal dari perkenalan di dunia maya (halahhh… sesama temen di bps aja kok ya dibilang kenal di dunia maya… tapi bener lho, kami berdua kenal bukan karena bertemu di suatu acara kantor, tapi karena imel2an terlebih dahulu), berlanjut menggunakan telefon dan sms, baru sebulan setelah perkenalan di dunia maya itu kami bertemu.
tempat ketemunya juga di gambir, yah, secara memang dari dulu aku adalah seorang roker alias rombongan kereta… jadi meeting point-nya ya di stasiun.
kesan pertamanya biasa2 aja, mungkin karena udah sering berkomunikasi, jadi ga berasa terlalu surprise waktu ketemu.

pertemuan itu ga begitu sering berlanjut, karena kesibukan kami masing2. paling ketemu juga sebulan sekali, di kantor juga jarang ketemu. komunikasi, seperti biasa, cukup lewat imel, telfon dan sms aja. intensitas kopi darat-nya rendah sekali.
ketika akhirnya kami memutuskan untuk menikah 11 bulan setelah pertemuan pertama itu, yang kami andalkan (dan menjadi bekal untuk kami) hanyalah keyakinan akan pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan.

sekarang, 8 tahun berlalu setelah pertemuan pertama yang kesannya biasa2 aja itu, setiap kali kami berdua naik kereta dan melintasi gambir dan monas, pasti ada celetukan usil tapi romantis ala titanic ‘this is where we first met’… hahaha…