Suatu hari di acara penutupan sebuah loka karya internal, pimpinan puncak kantorku memberikan sebuah ilustrasi cerita yang memilukan hati.
Cerita ini berkaitan dengan tema loka karya tentang perlunya berubah dan mereform organisasi untuk meningkatkan kualitas. Menurut beliau, bukan hanya sekedar produknya yang ditingkatkan kualitasnya, tapi juga SDMnya, termasuk perubahan perilaku dan tindakan.
Beliau mengambil contoh pemandangan yang baru saja dilihat dan dialaminya menjelang acara penutupan lokakarya.
Lokasi di lobi gedung, dengan 4 lift yang semua terbuka dan stand-by, kemudian ada 4 karyawan yang masuk ke tiap2 lift. 1 orang = 1 lift. Alhasil semua lift naik ke atas, dan terpaksalah beliau menunggu seluruh lift itu mengantar orang2 tersebut ke lantai tujuannya.
Pimpinanku berkomentar bahwa, ”Karyawan2 tersebut kok sepertinya tidak punya sense of crisis ya. Kenapa tidak ber-4 aja masuk dalam 1 lift. Kalau tiap2 lift diisi hanya 1 orang kan berarti pemborosan listrik, dan menghambat karyawan lain yang mau memakai lift. Bagaimana sih logika berfikirnya?”
Di sebuah sisi, apa yang dikatakan pimpinanku bisa dibenarkan. 100% right! Bahwa efisiensi itu benar2 harus dilaksanakan, bukan hanya diucapkan dalam percakapan.
Tapi, ada sisi lain dari cerita tersebut.
2 dari 6 gedung yang ada di kompleks perkantoranku, sedang direnovasi. Mungkin lebih dari separuh penghuni 2 gedung itu direlokasi ke gedung yang aku tempati sekarang, termasuk gedung tempat loka karya.
Jumlah penghuni meningkat, kenyamanan kerja terganggu karena kami harus berbagi ruangan, traffic lift semakin terasa, krisis antri di toilet dan krisis penggunaan tenaga office boy juga terasa.
Sementara, ada sebuah gedung yang bagus dan nyaman; sebuah gedung 3 lantai yang penghuni utamanya mungkin hanya sekitar 40 orang, plus satpam, recepsionist, dan office boy. Gedung khusus untuk pimpinan.
Bandingkan dengan gedung yang sekarang aku tempati. 1 lantai bisa ditempati oleh lebih dari 50 orang, plus berbagai ketidaknyamanan yang ada.
Hmm, lalu, seperti judul tulisan ini, ”bagaimana ya logika berfikirnya?”
Maksudku, kalau pimpinan menyalahkan karyawan yang naik lift sendiri-sendiri dan seolah2 tidak punya sense of crisis, bagaimana beliau menjustifikasi ruang kantornya yang lapang dan nyaman sementara beliau tau diluar sana ada karyawannya yang tidak tenang bekerja karena sempitnya ruangan kantor...
No comments:
Post a Comment