Monday, November 17, 2008

Mendadak Baksos

Seperti yang telah direncanakan ketika acara halal bi halal dengan ibu2 depok, maka jadi juga diselenggarakan acara bakti sosial dengan sasaran anak yatim/piatu dan janda2 yang kurang beruntung.

Pagi2, Sabtu 1 November 2008, aku udah berangkat ke meeting point di Pizza Hut Pesona. Ada Windi, Mba Lita, dan Mba Ita yang kemudian meluncur ke rumah Mba Nia.
Semua kegiatan berawal di rumah Mba Nia di kawasan Pasar Rebo dan langsung dikomandoi oleh Mba Nia. Saweran dari para ibu2 depok telah dibelanjakan sejumlah barang yang berjumlah 20 paket. Isi sembakonya kira2 gini deh (agak2 lupa nih): beras 20kg, minyak goreng 2lt, mi goreng 10bungkus, gula 1kg, bihun, biskuit, telur 10biji. Hmm, apa lagi ya… aku lupa deh. Yang jelas, disamping sembako tersebut, masih juga diselipkan sebuah amplop berisi nominal tertentu.

Ada sekitar 7 anak yatim yang memperoleh sumbangan paket sembako… yah, walaupun mereka belum bisa memasak, tapi at least kan sembako itu bisa dipakai oleh ayah/ibunya untuk bekal memasak selama 2 minggu.

Yang berasa paling menyentuh hati ketika kami bertemu dengan nenek2 renta tapi masih bersemangat melanjutkan hidup di tengah berbagai keterbatasannya.
di rumahnya yang mungil dan hanya beralaskan plur-an semen, sumur di depan rumah yang penuh dengan cucian baju dan piring, dan jemuran yang
bergantungan... wah, ga tega deh ngeliat isi rumahnya. Kami hanya berdiri tertegun di depan rumah si nenek sembari memberikan
paket sembako dan amplop. Si nenek itu terlihat begitu terharu menerima pemberian kami, dan tak henti2 mengucap terima kasih dan mendoakan kami semua selalu panjang umur, supaya 'bisa kembali lagi nengok nenek dan ngasih bantuan ke nenek'... Duh, sedih deh kalo liat kondisinya...

Well, semoga kegiatan bakti sosial ini bisa terus bisa dilaksanakan ya di masa2 yang akan datang... Itung2 sebagai MSR alias Milist Social Responsibility gituh ;).

“Bagaimana ya logika berfikirnya?”

Suatu hari di acara penutupan sebuah loka karya internal, pimpinan puncak kantorku memberikan sebuah ilustrasi cerita yang memilukan hati.
Cerita ini berkaitan dengan tema loka karya tentang perlunya berubah dan mereform organisasi untuk meningkatkan kualitas. Menurut beliau, bukan hanya sekedar produknya yang ditingkatkan kualitasnya, tapi juga SDMnya, termasuk perubahan perilaku dan tindakan.
Beliau mengambil contoh pemandangan yang baru saja dilihat dan dialaminya menjelang acara penutupan lokakarya.
Lokasi di lobi gedung, dengan 4 lift yang semua terbuka dan stand-by, kemudian ada 4 karyawan yang masuk ke tiap2 lift. 1 orang = 1 lift. Alhasil semua lift naik ke atas, dan terpaksalah beliau menunggu seluruh lift itu mengantar orang2 tersebut ke lantai tujuannya.
Pimpinanku berkomentar bahwa, ”Karyawan2 tersebut kok sepertinya tidak punya sense of crisis ya. Kenapa tidak ber-4 aja masuk dalam 1 lift. Kalau tiap2 lift diisi hanya 1 orang kan berarti pemborosan listrik, dan menghambat karyawan lain yang mau memakai lift. Bagaimana sih logika berfikirnya?”
Di sebuah sisi, apa yang dikatakan pimpinanku bisa dibenarkan. 100% right! Bahwa efisiensi itu benar2 harus dilaksanakan, bukan hanya diucapkan dalam percakapan.

Tapi, ada sisi lain dari cerita tersebut.
2 dari 6 gedung yang ada di kompleks perkantoranku, sedang direnovasi. Mungkin lebih dari separuh penghuni 2 gedung itu direlokasi ke gedung yang aku tempati sekarang, termasuk gedung tempat loka karya.
Jumlah penghuni meningkat, kenyamanan kerja terganggu karena kami harus berbagi ruangan, traffic lift semakin terasa, krisis antri di toilet dan krisis penggunaan tenaga office boy juga terasa.
Sementara, ada sebuah gedung yang bagus dan nyaman; sebuah gedung 3 lantai yang penghuni utamanya mungkin hanya sekitar 40 orang, plus satpam, recepsionist, dan office boy. Gedung khusus untuk pimpinan.
Bandingkan dengan gedung yang sekarang aku tempati. 1 lantai bisa ditempati oleh lebih dari 50 orang, plus berbagai ketidaknyamanan yang ada.
Hmm, lalu, seperti judul tulisan ini, ”bagaimana ya logika berfikirnya?”

Maksudku, kalau pimpinan menyalahkan karyawan yang naik lift sendiri-sendiri dan seolah2 tidak punya sense of crisis, bagaimana beliau menjustifikasi ruang kantornya yang lapang dan nyaman sementara beliau tau diluar sana ada karyawannya yang tidak tenang bekerja karena sempitnya ruangan kantor...

AusAID Students Alumni Conference

Grand Melia, 23 Oktober 2008.
Kesempatan ketemu dan reunian bareng temen2 sesama mantan penerima beasiswa dari Australia. Perasaannya senang sekali *halah*, secara biasanya kalo kumpul itu rasanya harap2 cemas akan segala sesuatu yang akan dijelaskan oleh pihak pemberi beasiswa, takut ga bisa berangkat karena visa ditolak, takut ntar ga bisa ngikutin pelajaran dan ga lulus. Banyak deh ketakutan yang muncul kalo ikutan pertemuan dengan pemberi beasiswa.

Tapi kali ini, acaranya adalah alumni conference dan certificate presentation buat para alumni yang baru balik dari studi.
Jadi, ga ada debar2 ketakutan di jantung. Yang ada hanyalah kegembiraan, keceriaan, kebanggaan, dan rasa syukur karena telah bisa menikmati beasiswa dengan baik dan memperoleh hasil yang menyenangkan.
Dari kelas 6m2, yang datang cuma 4 orang, yaitu aku, fika, riyo, dan elfan. Semoga kami bisa berkumpul lagi ber-12 di lain waktu.

Halal bi Halal DI-Depok

Mendadak mba Lilik nelfon aku, “mba halal bi halal yuukk…”
Ajakan tersebut begitu menggoda, sampai ga bisa ditolak hehehe...
Alhasil, Jum’at 17 Oktober 2008, berkumpullah ibu2 yang tergabung di milis dunia-ibu-depok sembari halal bi halal, sekalian itung2 me time gitu deh.
Acara diselenggarakan di Cafe Oh La La, Margo City, after office hours.
Aku dan mba Lilik udah janjian ketemuan di kereta Depok Express. Kami yang datang pertama, disusul mba Era, Windi, Wiken, Lita, Levi plus 2 anaknya, Lytha, Ani dan si ragilnya, Nia, Ita, Ida, dan Rini yang terakhir datang. Ibu2 kok jadi pada cantik2 ya setelah lebih dari 2 tahun ga ketemu... pada banyak yang udah langsing! Wah, jadi semangat pengen menurunkan berat badan juga nih...

Dari ngobrol ngalor ngidul gitu, tercetus ide untuk mengadakan kegiatan bakti sosial.
Mba Nia yang mamanya aktif di dunia sosial sudah punya channel orang2 yang ’kurang beruntung’, yang bisa dijadikan sasaran bakti sosial.
Setelah dirembug (saat itu juga), diputuskan kalo baksos akan diselenggarakan Sabtu, 1 November, dibantu mba Nia tentunya... yah secara kita kan sama2 ibu2 sibuk yang ga sempat survey sana sini, jadi ya pasrah aja dengan data2 orang yang dimiliki mba Nia.

Selebihnya, acara HbH sangat seru. Yang jelas, acaranya ngobrol, ngobrol, dan ngobrol sembari makan dan minum. No jualan tentunya hehehe...
Dasar ya kitanya hobi ngobrol, atau karena masih kangen, atau banyak yang perlu dibicarakan, ga berasa tau2 udah jam 9 malam...
Masing2 ibu juga udah mulai ditelfonin satu per satu ama anak2nya. Termasuk Dhevi yang nelfon aku dan bilang, ”mommy, where are you, when will you home, why are you going home so late….” halah… ya udah deh… time to go home…