Wednesday, February 27, 2008

Adaptasi lagi di Depok

Tepat jam 0050 (udah tanggal 31 December 2007), pesawat dari maskapai Singapore take off tepat waktu. Prediksi bahwa anak2 yang bakal merepotkan karena kami terbang malam, alhamdullillah tidak terjadi. Begitu duduk, Dhevi dan Deana langsung dapat mainan dan mereka asyik dengan mainannya. Terbang baru 30 menit, dapat snack dan juice. Seusai makan, Dhevi dan Deana sempat nonton Dora sebentar, dan kemudian baru bisa tidur.
5 jam kemudian, para pramugari sudah menyajikan sarapan untuk kami, dan 2 jam kemudian kami sampai di Singapore untuk transit 2 jam.
Waktu 2 jam tidak begitu terasa, karena ada fasilitas internet gratis di bandara. Sementara anak2 bisa lari2 kesana kemari sesuka hati mereka.
Sesuai waktu yang tertera pada tiket, kami terbang menuju Jakarta.
Sama seperti perjalanan dari Melbourne – Singapore, begitu duduk anak2 langsung dapat mainan dan breakfast (lagi!).
Tanpa delay dan on time, alhamdullillah kami sampai di Jakarta dengan selamat, tak kurang suatu apapun.

Sesampainya di Jakarta, kami langsung bisa merasakan udara panas, lembab dan lengket di sekujur kulit. Langit mendung tanpa ada hembusan angin. Mungkin cuma 27 derajat (compare to Melbourne yang saat summer bisa 42 derajat), tapi keringat yang keluar dari pori2 kulit membuat tubuh jauh dari rasa nyaman.
Tapi, anyway, welcome back to Jakarta!

Perjalanan Jakarta – Depok yang memakan waktu 2 jam, benar2 menyebalkan!
Karena Daud (kakaknya Mufti) yang menyetir mobil, sempat salah masuk jalan dan alhasil kena tilang. Walau Daud ngotot dan berdalih tidak ada papan penunjuk yang menyatakan mobil dilarang lewat, tetap saja uang Rp50ribu itu masuk ke celengan petugas kepolisian (apa lagi nyari bekal buat acara malam taun baru ya?).
Ah sudahlah, aku harus kembali mengingat2 segala kebiasaan yang ada di Indonesia, dan di urutan paling atas, harus diingat bahwa ‘uang adalah segalanya’.
Mungkin aku salah mengatakan bahwa polisi itu mata duitan, tapi yang jelas, uang Rp50rb itu telah keluar dari dompetku tanpa ada bon/nota/memo tanda terima, hanya supaya STNK mobil tidak ditahan oleh polisi dan mobil kami boleh lewat.

Sampai di Depok, duh senengnya liat rumahku lagi.
Rumah yang ada halamannya (compare to cumming street yang hanya flat dengan sedikit balkon), dan sepertinya hanya rumah inilah yang membuatku berkeinginan kuat untuk pulang kembali ke Depok.
Alhamdullillah rumahku dirawat rapi oleh om Joko dan tt Titik yang rela dan ikhlas menempati rumahku walau mereka dapat jatah rumah dinas militer. Hasilnya, aku ga perlu repot2 membersihkan rumah. Segala sesuatunya teratur rapi, bahkan tembok juga di-cat ulang dan jok kursi diganti (haduh, padahal ketika aku mau berangkat ke Melbourne, jok kursi itu juga sudah mulai rusak/robek akibat buat loncat2an Dhevi dan Deana).

Malam pertama tidur, masih berasa kurang nyaman. Apalagi pas jam 12 malam, bunyi petasan membahana di mana2. Oh iya ya, malam pergantian tahun sih, mungkin semua penduduk kampung di sekitarku pada menyalakan petasan dan membuat suasana berisik. Well, Happy New Year 2008!

No comments: