semua tak sama

Pas lagi pilih2 lagu buat didengerin, ga tau kenapa mataku tertuju ke pilihan judul lagu "Semua Tak Sama", Padi deh kalo ga salah yang nyanyiin… Ga niat ngedengerin sih, tapi judulnya itu lho… nuansanya pas banget ama perasaanku saat ini… Semua tak sama gitu lho…
Aku sadar, bahwa selama 10 hari aku di Melbourne aku selalu dan selalu membuat perbandingan dengan Jakarta atau Depok.
Ya jelas ada beda semua2nya… Mulai dari Negara, orang2nya, budaya, apalagi cuaca. Dan itu semua memang berbeda, sesuatu yang harus aku sadari dan harus aku terima apa adanya, bukan untuk membuat perbandingan apakah di kota ini lebih enak dari kota anu, atau apakah kota itu lebih menyenangkan daripada di kota ini.
Semua pasti punya kelebihan dan kekurangan sendiri2 ya…
Semua tak sama, tak pernah sama…

Yah, 10 hari perjalanan bukan waktu yang mudah untuk menentukan apakah aku akan menyukai Melbourne atau tidak.
Semua melalui proses, dan aku tau, terkadang proses itu cukup menyakitkan untuk dilalui. Aku yakin aku bisa bertahan, karena toh ini adalah masalah waktu.
Dan mungkin juga yang paling menyakitkan buat aku adalah karena aku ga bisa melihat Mufti, Dhevi, dan Deana di setiap waktu yang aku inginkan.
Semenjak aku sadar bahwa “semua tak sama” dalam berbagai hal, aku jadi lebih pasrah dan ikhlas dalam menjalani hari2ku yang sendirian di Melbourne.
Aku ga merasa terisolasi dengan kondisi di kota baru, aku hanya merasa bersalah karena meninggalkan keluargaku untuk sesuatu yang aku inginkan. Walaupun Mufti memberikan support penuh buat aku, tapi aku tau kalo aku telah sedikit mengguncangkan kehidupan keluarga kami yang nyaman dan alhamdullillah sudah settle di Depok. Kehidupan yang hangat dan mengalir tanpa henti dalam kebahagiaan, bukan kehidupan yang sepi dan dingin seperti yang aku rasakan sekarang.
Tapi ya sekali lagi… semua tak sama, tiap perubahan pasti membutuhkan pengorbanan, dan aku yakin ga ada pengorbanan yang sia2…

Persembahanku penuh cinta untuk Mufti, Dhevi, dan Deana.
Melbourne 12 Juni 2006, 21.50