Sebenarnya sih, selalu ada cerita yang bisa dibagi. Tapinya, secara kegiatanku udah ga lagi terfokus untuk jalan2, maka ya gitu deh… garing2 aja.
Kayaknya kalo yang diceritain cuman wisata kuliner aja, ntar dibilang ga punya sense of crisis lagi hehehe…
Jadinya, sekarang aku mau berbagi cerita perjalanan ke Bandar Lampung aja deh, terbatas pada perjalanannya lho, ga termasuk kegiatan2 kantor yang membosankan.
Waktu tempuh Jakarta-Lampung dengan pesawat cuman 35 menit. Take-off dari Jakarta, ga lama kemudian udah berada di atas air, alias Selat Sunda sepanjang perjalanan. Begitu kelihatan deretan pohon2 kelapa sawit, 5 menit kemudian pesawatnya mendarat. That’s it! Aduhhhh, kok ya lebih lama perjalananku dari Depok ke Juanda ya daripada dari Jakarta ke Bandar Lampung . Bandar udaranya terletak in the middle of nowhere, dimana sepanjang mata memandang cuman bisa capture rumput2an dan pohon2 kelapa sawit. Well, apa emang bandar udara yang ada di kota2 kecil di Indonesia kebanyakan seperti itu ya, secara di Malang bandara-nya juga model2 kayak gitu.
Nah, sekarang perjalanan balik dari Bandar Lampung ke Jakarta. Langit mendung, tapi udaranya panasss banget. Apa semua langit di Indonesia kebanyakan berwarna kelabu ya? Secara kalo di Oz, selalu melihat warna langit yang biru jernih. Take-off langsung ada di atas Selat Sunda dan berada di atasnya selama kurang lebih 30 menit, sembari memandangi air yang beriak tenang. Menjelang masuk Jakarta, wah… pemandangan baru nih untukku. Dari pesawat, aku bisa lihat ada beberapa tower (yang aku duga adalah apartemen) plus beberapa blok perumahan. Hmm, ada perumahan baru di pinggir pantai. Perbatasan antara darat dan air susah dilihat dengan jelas dari atas pesawat (hiperbol mode on hehehe), secara warnanya hitam semua… pasir pantainya kelitahan suram, begitu juga warna airnya. Susah mau bilang kalo Jakarta itu indah, walaupun ada bangunan2 baru di sekeliling pantai dan air hitam.
No comments:
Post a Comment